Rabu 07 Aug 2019 14:47 WIB

Makin Meluas, Gagal Panen di Indramayu Capai 7.500 Hektare

Kerugian yang dialami petani akibat puso saat ini sudah sekitar Rp 183 miliar.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Friska Yolanda
Petani berada di areal sawah miliknya yang kekeringan di Desa Pegagan, Kecamatan Terisi, Indramayu, Jawa Barat, Senin (15/7/2019).
Foto: Antara/Dedhez Anggara
Petani berada di areal sawah miliknya yang kekeringan di Desa Pegagan, Kecamatan Terisi, Indramayu, Jawa Barat, Senin (15/7/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Luas areal tanaman padi di Kabupaten Indramayu yang mengalami gagal panen (puso) di musim kemarau saat ini, semakin meluas. Namun, petani yang ikut asuransi pertanian masih minim.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu, Takmid menyebutkan, berdasarkan data per 5 Agustus 2019, luas areal tanaman padi yang mengalami puso akibat kekeringan sudah mencapai kurang lebih 7.500 hektare. Selain itu, sekitar 7.500 hektare lahan lainnya juga mengalami kekeringan, baik kekeringan berat, sedang maupun ringan.

Baca Juga

"Ya, puso sudah  bertambah," ujar Takmid, Rabu (7/8).

Berdasarkan data per 24 Juli 2019, luas areal tanaman padi yang mengalami puso akibat kekeringan di Kabupaten Indramayu mencapai 5.666 hektare. Sedangkan lahan yang mengalami kekeringan, baik kekeringan berat, sedang maupun ringan, mencapai 9.838 hektare. Adapun areal tanaman padi yang sudah mengalami puso itu di antaranya tersebar di Kecamatan Kandanghaur, Losarang, Gabuswetan, Kroya dan Gantar.

Meski di sejumlah wilayah mengalami puso, Takmid mengakui, sejumlah wilayah lainnya justru sudah panen. Namun, jumlahnya masih minim, yakni di kisaran 20 persen dari total luas tanam yang mencapai sekitar 110 ribu hektare.

Takmid mengatakan, wilayah yang sudah panen itu tersebar di sejumlah wilayah hulu. Karenanya, mereka tidak lagi membutuhkan air sehingga pasokan air semestinya cukup untuk mengairi areal sawah di wilayah hilir.

"Tapi, lahan-lahan di wilayah hilirnya sudah puso. Tidak bisa terselamatkan," kata Takmid.

Takmid menyebutkan, kondisi puso saat ini telah membuat produksi padi di Kabupaten Indramayu pada musim gadu 2019 menjadi berkurang. Menurutnya, tingkat produksi padi di Indramayu rata-rata mencapai enam ton per hektare.

Untuk itu, dengan luas lahan puso yang kini mencapai 7.500 hektare, maka produksi padi yang hilang sedikitnya sudah mencapai 45.000 ton atau 45.000.000 kilogram (kg). Jika dikalikan dengan HPP GKP (gabah kering panen) senilai Rp 4.070 per kg, maka kerugian yang dialami petani akibat puso saat ini sudah sekitar Rp 183 miliar. Adapun target produksi padi di Kabupaten Indramayu sekitar 1,7 juta ton per tahun.

Takmid mengakui, meski puso kerap menjadi ancaman, kepesertaan asuransi pertanian di kalangan petani di Indramayu masih minim. Padahal, sosialisasi sudah dilakukan.

"Sejak awal petani diajak ikut asuransi pertanian, mereka banyak alasan (menolak). Tapi ketika puso, mereka minta bantuan," tutur Takmid.

Takmid berharap, petani bersedia mengikuti asuransi pertanian. Dengan premi yang dibayarkan petani hanya sebesar Rp 36 ribu per hektare per musim, klaim yang akan diterima petani yang mengalami puso mencapai Rp 6 juta per hektare per musim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement