REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Wijaya Karya Tbk (Wika) akan kembali memperluas pasar luar negeri terutama di kawasan Afrika. Sejumlah negara disebut berminat menggandeng Wika sebagai kontraktor proyek. Namun, perseroan masih menimbang untuk meneken perjanjian kerja sama.
Sekretaris Perusahaan Wika, Mahendra Vijaya, mengatakan sejauh ini perusahaan telah beroperasi di delapan negara. Yakni, Timor Leste, Malaysia, Filipina, Myanmar, Taiwan, Dubai, Aljazair, dan Nigeria. Sasaran ke depan, pihaknya menyasar pasar Afrika sebagai kontraktor pembangunan infrastruktur.
Mahendra menyebut, beberapa negara Afrika yang sudah memberikan sinyal kerja sama seperti Zanzibar, Madagaskar, Pantai Gading, Rwanda, hingga Senegal. Selain itu masih ada sejumlah negara yang belum dapat disebut. Ia mengatakan, negosiasi bisnis bersama sejumlah negara di Afrika memasuki tahap final dan akan diumumkan pada forum Indonesia-Afrika Infrastructure Dialog di Bali pertengahan Agustus.
"Saat ini Wika banyak mendapatkan tawaran pekerjaan di negara-negara Afrika. Tapi kita juga kedepankan prinsip kehati-hatian. Harus dikaji mendalam," kata Mahendra di Kementerian Badan Usaha Milik Negara, Rabu (7/8).
Faktor risiko yang menjadi pertimbangan dasar utamanya masalah keamanan, stabilitas politik, serta keimigrasian. Tiga hal itu harus dipastikan agar ketika pembangunan proyek diteken tidak mengalami hambatan berarti.
Mahendra mengatakan, pihaknya telah mendapat dukungan fasilitas pinjaman berbunga rendah dari Indonesia Eximbank. Sebab, Eximbank mendapatkan penugasan khusus dari Kementerian Keuangan untuk bisa mendorong pengusaha-pengusaha dalam negeri meningkatkan ekspor produk dan jasa ke Afrika.
Proyek infrastruktur yang disasar di kawasan Afrika yakni seperti pembangunan jalan, pelabuhan, apartemen hingga gedung bank sentral di Ruwanda. Total potensi nilai bisnis ditaksir mencapai Rp 2 triliun. Sementara target kontrak baru Wika untuk pasar luar negeri tahun 2019 sebesar Rp 4-5 triliun atau 5 persen dari total keseluruhan kontrak baru.
"Kita memang sudah masuk ke pasar luar negeri sejak 2008. Dengan pengalaman itu kita sudah ketahui cara-cara mitigasi risiko proyek luar negeri," ujar dia.
Di satu sisi, Mahendra mengatakan diperlukan dukungan kebijakan dari pemerintah agar ekspansi pasar global bisa terus dikembangkan. Menurut dia, sejauh ini Kementerian Luar Negeri RI sangat memberikan dukungan kepada perseroan.
Direktur Utama Wika, Tumiyana, menambahkan, tahun ini Wika memiliki alokasi belanja modal sebesar Rp 18,1 triliun. Total belanja modal itu harus dikeluarkan penuh hingga akhir tahun. Perseroan akan terus melakukan ekspansi dan tidak berencana untuk menahan pengeluaran dari belanja modal.
Sementara, pembiayaan utang juga akan terus ditingkatkan. Menurut Tumiayan, peningkatan utang bagi BUMN infrastrutkur jangan dipandang negatif. Sebab meningkatkan utang yang diikuti dengan kenaikan valuasi dan aset justru menunjukkan bahwa keuangan perusahaan dalam kondisi sehat.
"Perusahaan saat ini masih punya ruang yang besar sekali untuk melakukan prosesi pekerjaan," ujarnya.