Senin 05 Aug 2019 11:41 WIB

Dirut PLN ke Jokowi: Kami Akui Prosesnya Lambat

sistem kelistrikan di Jawa-Bali terbagi dalam dua transmisi

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Esthi Maharani
PLTU Suralaya
Foto: Antara/Asep Fathulrahman
PLTU Suralaya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelaksana Tugas Direktur Utama (Plt Dirut) PT PLN (Persero), Sripeni Inten Cahyani, menyampaikan permohonan maafnya atas nama perusahaan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dalam inspeksinya ke Kantor Pusat PLN, Senin (5/8) pagi, Presiden memang sempat menegur PLN dan mempertanyakan sistem cadangan yang tidak berjalan optimal saat insiden putusnya transmisi pada Ahad (4/8) kemarin.

"Sedikit demi sedikit, kami memang mohon maaf Pak prosesnya lambat kami akui Pak (Jokowi)," kata Sripeni di kantornya, Senin (5/8).

Kepada Presiden, Sripeni sempat menjelaskan kronologi kejadian padamnya listrik kemarin. Sederhananya, pasokan listrik sebetulnya bisa diterima Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya di Banten untuk kemudian memasok kebutuhan listrik di Jawa Barat dan Banten dengan kapasitas 2.800 mW.

Sayangnya, lambatnya sistem membuat aliran listrik dari Unit Pembangkitan (UP) Saguling di Jawa Barat membuat mekanisme di PLTU Suralaya terlanjur 'dingin'. Artinya, butuh waktu lebih lama bagi PLTU Suralaya untuk kembali pulih untuk mengalirkan listrik. Transmisi listrik dari UP Saguling dialirkan ke PLTU Suralaya melalui Cibinong, Depok, Gandul, dan Balaraja.

"Saguling memiliki peran untuk menstabilkan daya. Namun posisinya sudah cukup lama Pak, sehingga masuk ke Suralaya sudah cold-start. Mesin sudah dingin sehingga yang awalnya butuh 4 jam, menjadi mundur Pak," jelas Sripeni kepada Presiden Jokowi.

Sripeni menyebutkan, sistem kelistrikan di Jawa-Bali terbagi dalam dua transmisi, yakni utara dan selatan. Jaringan utara terdiri dari jalur Rembang, Ungaran, dan Mandiraja, sedangkan selatan terdiri dari Kediri, Kasugihan, dan Tasikmalaya. Kedua sistem transmisi bertegangan 500 kV untuk dua sirkuit.

Kejadian pada Ahad (4/8) kemarin, transmisi bagian utara mengalami gangguan. Sehingga secara otomatis, transfer daya dari timur ke barat sebesar 2000 mW dilayani seluruhnya melalui transmisi selatan. Namun karena salah satu sirkuit di selatan juga sedang dalam pemeliharaan, maka penyaluran daya hanya dilayani satu sirkuit saja.

"Pada waktu pindah dari Ungaran ke Kasugihan dan Tasikmalaya, inilah kemudian membuat goncangan dalam sistem. Goncangan ini kemudian secara proteksi sistem ini melepaskan diri. Yang dilepas adalah Kasugian dan Tasik, sehingga aliran dari psokan dari timur ke barat mengalami putus," kata Sripeni.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement