Ahad 04 Aug 2019 20:43 WIB

Salah Penanganan Daging Kurban Berbahaya Bagi Kesehatan

Jika tak ditangani dengan baik daging kurban bisa terpapar 100 ribu kuman per menit.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Gita Amanda
Petugas memotong daging hewan kurban. (Ilustrasi)
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Petugas memotong daging hewan kurban. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya untuk memastikan hewan kurban yang sehat dan daging kurban yang memenuhi kriteria Aman, Sehat, Utuh, dan Halal (ASUH). Dengan konsep dialog Tani On Stage (TOS) yang di gelar di Car Free Day (CFD) di Dago, Bandung pada Ahad (4/8), Kementan memberikan edukasi mengenai kesehatan hewan.

Di tengah masyarakat Kota Bandung yang sedang berolah raga di Car Free Day, Kementan melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH)  memberikan pemahaman tentang bagaimana  memilih, menangani, memotong, mengemas, menyimpan hingga membagikan daging dan hewan kurban kepada masyarakat. 

Baca Juga

Menurut Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Kementerian Pertanian Syamsul Ma’arif, sebagai gambaran, proses paling penting adalah pencacahan daging kurban. 

"Jika penanganannya tidak baik maka akan berpotensi menyumbangkan 10 ribu-100 ribu kuman permenitnya," ujar Syamsul kepada wartawan.

Oleh karena itu, kata dia, menurunkan tim pemeriksa hewan kurban sebanyak 2.279 orang ke seluruh Indonesia untuk mengawasi dan memeriksa kesehatan hewan kurban. Semua hewan yang telah diperiksa, nantinya diberikan tanda khusus. 

"Penyakit hewan yang paling harus diwaspadai ya antrax kan paling berbahaya," katanya. 

Menurut Ma'arif, Kementan telah melakukan serangkaian upaya mulai dari penyediaan regulasi, sosialisasi, pembinaan dan juga pemeriksaan serta pengawasan daging dan hewan kurban. Bahkan, Kementan sudah membangun fasilitas percontohan pemotongan hewan kurban di 21 lokasi terutama di Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Timur, Papua, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Banten, dan NTB. 

Langkah tersebut, kata dia, sangat penting bagi Kementan, selain juga memastikan pasokan dan ketersediaan hewan kurban. Oleh karena itu, Kementan telah melakukan koordinasi dengan Dinas yang Membidangi Fungsi Peternakan, dan Kesehatan Hewan di seluruh provinsi dan ketersediaan stok hewan kurban lokal dinyatakan telah cukup untuk memenuhi kebutuhan. 

Kementan, kata dia, memperkirakan kebutuhan hewan kurban sebanyak 1.346.000 juta atau naik 10 persen dr thn lalu. Yakni, terdiri daru 376 ribu sapi, kambing 716 ribu, domba 241 ribu dan kerbau 12 ribu.

"Dalam perkiraan Kementan, tahun ini akan terjadi lonjakan permintaan 10 persen lebih tinggi dari 2018. Sejulah langkah sudah dilakukan dan kami pastikan bisa memenuhi permintaan dan kebutuhan hewan kurban masyarakat," papar Ma'arif.

Sementara menurut  Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat Koesmayadie Tatang Padmadinata, pihaknya berkomitmen melaksanakan prinsip ASUH hewan kurban tersebut. Pihak Provinsi Jawa Barat sudah menyiapkan 880 personil untuk melaksanakan pemeriksaan kesehatan hewan dan daging kurban.

"Demi menjaga kualitas hewan kurban, masyarakat sebaiknya membeli hewan kurban yang sudah dikalungkan label “Sehat, Telah  Diperiksa" oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat," papar Koemayadie.

Dalam paparannya, Dosen Fakultas  Kesehatan Hewan Institut Pertanian Bogor (IPB) Denny Wijaya Lukman juga memberikan pengeritian aspek teknis dalam mengidentifikasi daging dan hewan kurban yang baik. Ia menjelaskan kepada masyarakat yang bertanya terkait hati hewan yang ditemukan cacing. Menurutnya, kondisi seperti itu daging hewan tersebut masih layak dikonsumsi, akan tetapi organ atau bagian yang terdapat cacing dibersihkan jika dan jika mengeras harus di buang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement