Rabu 31 Jul 2019 08:58 WIB

OJK: Inklusi Keuangan Sudah 68 Persen

Warga usia 18-35 tahun memiliki tingkat literasi dan inklusi keuangan yang tinggi.

Rep: Lida puspaningtyas/ Red: Friska Yolanda
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menggelar kegiatan AKSiMUDA 2019 dengan tema “Menabung Untuk Semua” yang dihadiri oleh mahasiswa dari 47 universitas di Indonesia. Kegiatan digelar di Auditorium BPPT Jakarta Pusat, Selasa (30/7).
Foto: Republika/Lida Puspaningtyas
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menggelar kegiatan AKSiMUDA 2019 dengan tema “Menabung Untuk Semua” yang dihadiri oleh mahasiswa dari 47 universitas di Indonesia. Kegiatan digelar di Auditorium BPPT Jakarta Pusat, Selasa (30/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut inklusi keuangan atau keterlibatan masyarakat di layanan jasa keuangan sudah mencapai 68 persen pada saat ini. OJK menargetkan hingga akhir tahun angkanya sudah mencapai 75 persen.

Anggota Dewan Komisioner OJK bidang Edukasi Perlindungan Konsumen Tirta Segara menyampaikan OJK telah menyiapkan survei inklusi keuangan yang dilaksanakan pada Juli hingga September. Ada sekitar 12 ribu sampel atau responden yang diambil dari 34 provinsi di seluruh Indonesia.

Baca Juga

"Mudah-mudahan hasilnya Oktober bisa keluar, kita optimistis tercapai 75 persen, saat ini kira-kira sudah 68 persen," kata Tirta setelah kegiatan Aksi Muda 2019 di Auditorium BPPT Jakarta Pusat, Selasa (30/7).

Program Aksi Mahasiswa dan Pemuda Indonesia Menabung (Aksi Muda) 2019 ini menjadi bagian dari gerakan kalangan kaum muda untuk ikut menjadi penggerak ekonomi. Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso menyampaikan potensinya besar karena jumlah anak muda Indonesia generasi umur 15-29 tahun mencapai 65,4 juta orang atau 24,6 persen populasi Indonesia.

Hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan OJK tahun 2016 menunjukkan bahwa pemuda usia 18-35 tahun memiliki tingkat literasi dan inklusi keuangan yang relatif lebih tinggi. Yaitu tingkat literasi sebesar 32,1 persen (usia 18-25 tahun) dan 33,5 persen (usia 26-35 tahun), dan tingkat inklusi keuangan sebesar 70,0 persen (usia 18-25 tahun) dan 68,4 persen (usia 26-35 tahun).

Aksi Muda juga dilaksanakan dalam rangka menyambut Hari Indonesia Menabung. Dalam Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI), OJK menyasar seluruh elemen masyarakat, mulai dari pelajar, mahasiswa, dewasa, hingga kalangan petani agar lebih melek jasa keuangan.

Wimboh mengatakan perlakukan terhadap generasi muda tentu akan berbeda dari pelajar yang hanya dikenalkan pada tabungan. Mahasiswa dan pemuda dapat mengenal produk keuangan yang lebih banyak dan luas.

"Dengan ini kita harap anak-anak muda tidak hanya tahu menabung uang, tapi ada juga menabung emas, saham, reksa dana, kita ajak mereka memanfaatkan produk-produk yang luas ini," kata dia.

Salah satu upaya OJK bersama Industri Jasa Keuangan adalah dengan peningkatan tabungan dan investasi melalui program Simpanan Mahasiswa dan Pemuda (Si Muda). Menurut data OJK, per 30 Juni 2019 jumlah tabungan SiMuda telah mencapai 11.052 rekening dengan nilai sebesar Rp 12,4 miliar. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement