REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Divisi Energi Baru dan Terbarukan PT PLN (Persero) Zulfikar Manggau mengatakan PLN masih melakukan kajian dan pertimbangan untuk masuk dalam bisnis PLTS atap. Menurut Zulfikar, PLN masih melihat prospek dan mekanisme dalam penjualan PLTS atap secara massal ke depan.
"Kita masuknya hanya di pemasangan dan perawatan melalui anak-anak perusahaan PLN, tapi ini masih dipertimbangkan langkah dan mekanisme seperti apa. Kita harapkan tahun ini sudah ada mekanisme bisnis sepeti apa yang akan diambil PLN," ujar Zulfikar dalam Pemaparan dan Studi Panel Percepatan Pengembangan Energi Surya di Indonesia bertajuk "Solar Day 2019: Chasing The Sun" di Hotel Le Meridien, Jakarta, Selasa (30/7).
Zulfikar menyampaikan, pemanfaatan energi surya atap sangat strategis ke depan dan berpeluang menambah pendapatan bagi bisnis PLN. Meski begitu, PLN masih akan melihat dampaknya positif dan negatif baru perusahaan.
Zulfikar menilai ada dua model upaya PLN dalam masuk ke bisnis PLTS. Pertama, dengan membeli energi yang dimenangkan perusahaan swasta. Kedua, dengan mengembangkannya sendiri.
"Fokus kami ke sana. Ini sedang didiskusikan karena ini kan sangat strategis bagi PLN mau bagaimana ke depan, sedang dimatangkan kita mau masuk sampai mana, prinsipnya PLN akan coba masuk bisnis itu," kata Zulfikar.
Zulfikar menambahkan PLN masih melihat perkembangan pasar PLTS ke depan. Hal ini menjawab kemungkinan PLN memproduksi modul panel surya atap di masa mendatang.
"Industri itu kan berkembang kalau pemintaan ada, bahkan pemain-pemain (perusahan energi baru terbarukan) yang ada saat ini tidak menambah produksi karena melihat yang permintaan," ucap Zulfikar.
Zulfikar menyebutkan, sejauh ini terdapat sekitar 600 pelanggan PLN untuk rumah tangga dengan kapasitas 5.500 VA di area Jabodetabek yang menggunakan panel surya atap. "Data awal 2019, sekitar 600 sekian pelanggan menjadi pelanggan atap tapi sekaligus paralel dengan PLN di Jakarta dengan pelanggan dominan pelanggan 5.500 VA. Di Jatim juga cukup banyak tapi belum masif penyebaran," kata Zulfikar.