Selasa 30 Jul 2019 01:04 WIB

Perang Dagang tak Halau Nike Perluas Bisnis ke Cina

Penjualan Nike di Cina naik 24 persen pada tahun lalu.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Indira Rezkisari
Wanita berjalan melalui gerai Nike di Beijing, China.
Foto: EPA
Wanita berjalan melalui gerai Nike di Beijing, China.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING – Produsen sepatu Nike memperluas kegiatan operasionalnya ke pusat ekonomi Asia, Cina. Keputusan ini terbilang berbeda dibanding dengan perusahahaan Amerika lainnya yang justru memindahkan operasinya dari China guna menghindari tarif.

Wakil Direktur Bidang Pemerintahan dan Kebijakan Publik Nike, Sean O’Hollare menjelaskan, perusahaan sangat gembira terhadap prospek di China yang akan lebih besar. "Kami berterima kasih kepada ekonomi yang sedang tumbuh dan konsumen yang bersemangat dengan merek kami," ujarnya, dilansir dari Business Times, Senin (29/7).

Baca Juga

Nike akan melakukan ekspansi dengan membuka House of Innovation di Nanjing East Road, Shanghai. Ini sebagai bukti dedikasi perusahaan terhadap konsumen China yang lebih muda. Melalui fasilitas tersebut Nike memberikan pengalaman berbelanja yang terintegrasi secara digital dan personal kepada konsumen.

Penjualan Nike di China naik 24 persen pada tahun lalu, memberikan pendapatan 6,5 miliar dolar AS. Nilai tersebut menjadi pertumbuhan global tertinggi yang dicapai Nike.

O’Hollaren memastikan, perusahaan tetap berhati-hati terhadap hasil pertemuan negosiator China dan AS di Shanghai yang membicarakan perdagangan pada pekan depan. Tapi, ia mencatat, dua negara tersebut merupakan ekonomi terbesar dan memiliki ikatan komersial serta bisnis yang luas. "Kita dapat mengatasi masalah dengan tidak hanya membuat rencana, tapi bagaimana kita melakukannya," tuturnya.

Nike adalah satu dari 172 perusahaan alas kaki yang memberikan respons tidak mendukung terhadap tambahan tarif 25 persen. Bersama dengan Adidas, Foot Locker, Converse dan perusahaan sepatu lain, Nike meminta pemerintahan Trump untuk mempertimbangkan kebijakan mereka. Termasuk menerapkan tarif sepatu terbaru di China agar tidak membebani pelanggan AS hingga 7 miliar dolar AS per tahun.

Apabila perang dagang berlanjut untuk jangka waktu yang lama, O’Hollaren menekankan, konsumen AS yang pada akhirnya akan memikul beban.

Operasional Nike di China bukanlah hal baru. Selama 35 tahun, Nike memiliki lebih dari 8.000 karyawan di kantor pusat Shanghai dan Pusat Distribusi Taicang. Nike memiliki 40 ribu pekerja di toko mitra dan 145 ribu di basis pemasoknya.

Nike juga membantu mendorong pertumbuhan ekonomi di China melalui kemitraan dengan platform digital. Misalnya, platform ritel unggulan Tmall dan aplikasi pembayaran mobile WeChat.

Raksasa produsen sepatu kets ini juga mengumumkan rencana pembuatan fasilitas logistik baru di Taicang, Jiangsu pada Januari mendatang. Proyek ini menghabiskan dana sekitar 100 juta dolar AS. Mereka juga sekali lagi menjadi sponsor Shanghai International Marathon. "Untuk membangkitkan gairah olahraga," kata O’Hollaren.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement