REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) memprediksi produksi cabai pada panen raya akan berlangsung dalam kurun pertengahan dan akhir Agustus. Seiring dengan itu, harga cabai di pasar diproyeksi akan berlangsung stabil pada masuknya panen raya.
Direktur Jenderal Tanaman Hortikultura Kementan Prihasto Setyanto menjamin produksi cabai akan melimpah di pertengahan hingga akhir Agustus nanti. Dia menyebut, seluruh jenis komoditas cabai di masa panen itu mulai bisa didistribusikan ke sejumlah wilayah nonsentra.
“Kita sedang upayakan harga (cabai) ini turun, panen kan sebentar lagi, pertengahan atau akhir Agustus lah,” kata Prihasto saat dihubungi Republika, Senin (29/7).
Menurut dia, kondisi minimnya produksi cabai saat ini bukan hanya disebabkan karena kemarau, melainkan adanya pembentukan harga pembelian cabai yang rendah di tingkat petani. Harga yang anjlok tersebut cenderung bertahan lama hingga kurun enam bulan sehingga membuat petani enggan melakukan penanaman tanaman cabai kembali.
Dia menjelaskan, pengurangan penanaman cabai itu yang pada akhirnya berkontribusi besar terhadap volume produksi yang ada. Tak ayal, produksi yang minim turut mengerek harga cabai ke level tinggi dalam kurun beberapa bulan terakhir di pasar. Tingginya harga itu juga digadang-gadang oleh sejumlah ahli bakal memicu inflasi yang tajam.
Berdasarkan catatan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, harga cabai merah keriting rerata nasional berada di level Rp 59.800 per kilogram (kg), cabai rawit hijau Rp 61.450 per kg, dan cabai rawit merah Rp 76.050 per kg.
Mengacu statistik tersebut, harga cabai merah besar di mayoritas Pulau Sumatera mengalami tren harga yang tinggi. Di Sumatera Selatan, rerata harga mencapai Rp 73.250 per kg, di Riau Rp 59.200 per kg, dan Lampung Rp 62.500. Di Kalimantan, harga cabai tertinggi terpantau berada di Provinsi Kalimantan Selatan dengan rerata harga Rp 63.150 per kg.
Terkait adanya pengaruh musim kemarau terhadap tanaman cabai, Prihasto menegaskan akan terus mengupayakan koordinasi dengan instansinya untuk menyediakan sarana dan prasarana yang dapat menyuplai air ke tanaman-tanaman cabai yang siap panen. Dia menyebut, Kementan akan terus mendorong pembangunan embung dan optimalisasi program pompanisasi dan pipanisasi.
Terkait dengan sejumlah keluhan petani cabai yang membeli air tangki di wilayah sentra produksi, pihaknya berjanji akan segera menindaklanjuti informasi tersebut. Salah satu yang akan dilakukan, kata dia, adalah mengidentifikasi terlebih dahulu karakteristik wilayah tanam cabai petani.
“Kalau di wilayah itu memungkinkan dibangun embung, kita akan upayakan. Tapi kan harus ada kerelaan dari petani juga, mau nggak kira-kira mereka (menyisihkan) lahannya dipakai buat bangun embung?” kata dia.
Kasubdit Aneka Cabai dan Sayuran Buah Direktorat Tanaman Hortikultura Kementan Mardiyah Hayati mengatakan akan sulit bagi petani yang lahan tanaman cabainya terdampak kekeringan untuk melaksanakan panen. Sebab menurutnya, kalaupun panen dapat berlangsung di tengah ketersediaan air yang minim maka hal itu dapat mempengaruhi daya jual cabai.
“Kalau airnya kurang, kan bisa jadi produksinya kurang baik. Kalau kurang baik, nanti dihargai sama pasar takutnya juga rendah. Ini yang kita antisipasi,” kata Mardiyah.
Ketua Petani dari Kelompok Tani (Poktan) Gemah Ripah 01 Malang, Yugiantoro (51) mengatakan, saat ini mayoritas produksi cabai di wilayah sentra yang ada di Malang telah memasuki masa rampung. Artinya, kata dia, para petani sudah melangsungkan panennya hingga akhir bulan ini.
“Justru kami sudah panen, sudah mau tutup produksi,” kata dia.
Dia menambahkan, usai penutupan produksi atau panen berakhir di awal Agustus nanti, para petani cabai di wilayah Malang akan mengganti tanamannya dengan tanaman lain. Menurut dia, penanaman cabai baru akan dimulai lagi ketika musim penghujan mulai masuk di November mendatang.
“Bulan 11 (November) kita tanam lagi, nanti bulan 6 (Juni 2020) baru panen,” kata dia.
Dia menegaskan, sejumlah petani cabai di wilayah Malang tak dimungkinkan melakukan panen raya di pertengahan dan akhir Agustus nanti sebab tanaman cabai mayoritasnya sudah dipetik. Hasil produksi cabai petani di Malang selama ini, kata dia, didistribusikan ke sejumlah wilayah dengan harga cabai yang tinggi seperti Jakarta, Bogor, hingga Bali.