Senin 29 Jul 2019 06:31 WIB

Pertamina Siapkan Posko Medis di Desa Terdampak Oil Spill

Jumlah pasien rata-rata yang dirawat posko medis capai 120 orang.

Rep: M Nursyamsi/ Red: Indira Rezkisari
Warga mengumpulkan limbah tumpahan minyak 'Oil Spill' yang tercecer milik Pertamina di Pesisir Pantai Cemarajaya, Karawang, Jawa Barat, Rabu (24/7/2019).
Foto: Antara/M Ibnu Chazar
Warga mengumpulkan limbah tumpahan minyak 'Oil Spill' yang tercecer milik Pertamina di Pesisir Pantai Cemarajaya, Karawang, Jawa Barat, Rabu (24/7/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertamina mendirikan empat posko medis untuk mengantisipasi munculnya gangguan kesehatan masyarakat atas peristiwa tumpahan minyak di sekitar anjungan lepas pantai YY area Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (ONWJ), Kawarang, Jawa Barat. VP Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan saat ini, Pertamina telah mendirikan empat posko kesehatan di Karawang yakni Posko Cemara Jaya, Posko Sungai Buntu, Posko Sedari, dan Posko Pantai Mutiara.

Fajriyah menyampaikan, sejak Rabu (24/7), Pertamina melalui anak usaha PT Pertamedika langsung menurunkan peralatan dan tenaga medis untuk melayani kebutuhan pengobatan masyarakat di sekitar desa terdampak. "Jumlah pasien rata-rata yang ditangani empat posko, mencapai 120 orang," ujar Fajriyah dalam keterangan tertulis yang diterima.

Baca Juga

Menurut Fajriyah, keluhan pasien antara lain gatal-gatal, pegal-pegal, batuk, dan penyakit lain seperti hipertensi. "Berdasarkan identifikasi sementara, keluhan mereka tersebut bukan dampak langsung dari oil spill (tumpahan minyak)," lanjut Fajriyah.

Fajriyah menyebutkan di posko tersebut terdapat sejumlah dokter jaga. Di Posko Cemara Jaya ada dr Anugerah, dr Thomas di Posko Sungai Buntu, dr Iyan di Posko Pantai Mutiara, dr Gerry dan Posko Sedari, dr Windi.

Fajriyah menegaskan, sampai saat ini, Pertamina dan pihak terkait masih menginvestigasi penyebab kejadian. "Namun, indikasi sementara menunjukkan adanya anomali tekanan pada anjungan yang menyebabkan munculnya gelembung gas dan diikuti oil spill," ucap Fajriyah.

Pertamina, kata dia, memperkirakan perlu waktu sekitar delapan minggu sejak 25 Juli 2019 untuk menghentikan sumber gas dan tumpahan minyak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement