REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pos Indonesia kembali berinovasi di era e-commerce, khususnya belanja daring ritel. Kali ini, Pos Indonesia yang telah berusia 273 tahun itu meluncurkan aplikasi cash on delivery (COD) dan customer to customer (C2C), Jumat (26/7).
Dalam siaran pers yang diterima Republika, disebutkan, COD adalah metode pembayaran dimana pembeli membayar pesanan secara tunai pada saat pesanan tiba di lokasi tujuan. Pembayaran dilakukan kepada kurir yang mengantarkan barang.
Sementara C2C merupakan transaksi ritel daring berbasis media sosial. Mayoritas pelaku C2C adalah UMKM yang berada di sub urban dan atau rural. Secara seremonial, peluncuran kedua inovasi Pos Indonesia itu berlangsung di Jombang yang berada di wilayah bisnis Regional 7 Jawa Timur.
Kepala Regional 7 Jawa Timur Arifin Muchlis SH MH mengatakan, peluncuran aplikasi digital itu merupakan jawaban atas tingginya transaksi kiriman daring ritel, khususnya di Jawa Timur. Saat ini, transaksi kiriman daring ritel di Jawa Timur tumbuh 233 persen pada periode Januari sampai dengan Juni 2019.
Begitu juga dengan permintaan metode pembayaran COD, kata Arifin, terus meningkat. Metode COD konvensional (manual) tidak memadai lagi untuk mengendalikan jumlah kiriman yang mencapai 6.415.163 transaksi pada semester I - 2019.
Inovasi ini, sambung Arifin, sekaligus mengintegrasikan tiga pilar layanan e-commerce, yakni logistic shipment, C2C dan payment gateway dalam satu platform. Logistic shipment menggunakan kurir Pos Kilat Khusus, C2C dalam pengendalian aplikasi milik Pos, dan payment gateway atau penyetoran uang memakai m-giro pos.
Kata dia, Jombang menjadi pionir yang berkembang pesat dalam layanan COD C2C. Sejumlah kota dan kabupaten di Jawa Timur terus berlari menyusul. Setelah ini, rencananya akan diikuti oleh Jawa Tengah, DIY, hingga seluruh Jawa. Pada akhir tahun 2019, ditargetkan secara nasional sudah bisa terlayani.