Kamis 25 Jul 2019 19:07 WIB

Tumpahan Minyak di Karawang Masih dalam Kendali Perusahaan

Untuk penanganan risiko pencemaran lingkungan, Pertamina sudah mobilisasi 27 kapal.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Friska Yolanda
Warga mengumpulkan limbah tumpahan minyak 'Oil Spill' yang tercecer milik Pertamina di Pesisir Pantai Cemarajaya, Karawang, Jawa Barat, Rabu (24/7/2019).
Foto: Antara/M Ibnu Chazar
Warga mengumpulkan limbah tumpahan minyak 'Oil Spill' yang tercecer milik Pertamina di Pesisir Pantai Cemarajaya, Karawang, Jawa Barat, Rabu (24/7/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- VP Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fajriyah Usman mengatakan penanganan insiden kebocoran gas dan tumpahan minyak di lepas Pantai YYA-1, Karawang, Jawa Barat, yang dioperatori Pertamina Hulu Energi (PHE) Offshore North West Java (ONWJ) langsung ditangani perseroan induk.

"Sekarang ditarik ke level korporat sebagai komitmen Pertamina menangani semaksimal mungkin," ujar Fajriyah saat jumpa pers di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Kamis (25/7).

Fajriyah membantah anggapan Pertamina menyembunyikan insiden ini dari publik, mengingat insiden terjadi pada 12 Juli namun baru diketahui publik pada 17 Juli. 

"16 Juli baru dinyatakan darurat, sebelumnya tidak diketahui publik karena sedang dilakukan penanganan, seperti itu prosesnya dan itu diatur dalam peraturan migas," lanjut Fajriyah. 

Kata Fajriyah, Pertamina langsung menggelar jumpa pers pada 17 Juli untuk menyampaikan terjadinya insiden di salah satu sumur yang ada di ONWJ. Fajriyah menambahkan, insiden ini belum sampai pada tahapan status bencana nasional lantaran masih bisa ditangani pada level perusahaan.

"Menurut info dari kementerian yang bisa sampaikan ini sebagai bencana nasional, sampai sekarang disampaikan masih dalam kendali operasional perusahaan," ucap Fajriyah. 

Fajriyah menegaskan, Pertamina terus melakukan upaya maksimal dalam penanganan dampak pascamunculnya gelembung gas di sumur migas lepas Pantai YYA-1 area PHE ONWJ. Kata Fajriyah, penanganan dilakukan dengan melibatkan pihak-pihak yang kredibel, kompeten, dan memiliki pemgalaman dalam menangani kasus yang sama. Salah satunya adalah Boot & Coots, perusahaan asal AS yang telah memiliki pengalaman dalam menyelesaikan peristiwa di Gulf Mecixo.

Fajriyah menambahkan, untuk penanganan risiko pencemaran lingkungan, Pertamina group telah memobilisasi 27 kapal dan 12 set Oil Boom. Selain itu, untuk menjaga agar tidak ada aktifitas nelayan di sekitar lokasi, Pertamina dan PHE ONWJ bekerja sama dengan TNI AL, Satpolairud, dan Pokwasmas, mengerahkan tujuh unit kapal Patroli.

"Seluruh upaya tersebut sebagai komitmen dan keseriusan Pertamina dalam mengatasi peristiwa di sumur migas lepas pantau tersebut baik dari aspek operasional maupun lingkungan hidup," kata Fajriyah menambahkan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement