Rabu 24 Jul 2019 01:10 WIB

BNI Proyeksikan Likuiditas Semester II Membaik

BNI akan fokus penetrasi ke nasabah di semua segmen dan menyediakan banyak fitur.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Friska Yolanda
Direksi PT Bank Negara Indonesia (Persero) memaparkan kinerja Semester I 2019 di Grha BNI, Jakarta Pusat, Selasa (23/7).
Foto: Republika/Lida Puspaningtyas
Direksi PT Bank Negara Indonesia (Persero) memaparkan kinerja Semester I 2019 di Grha BNI, Jakarta Pusat, Selasa (23/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Negara Indonesia (Persero) menyampaikan semester I 2019 mencatatkan likuiditas cukup ketat dengan tren pertumbuhan tabungan yang datar. Direktur Treasuri BNI, Rico Rizal Budidarmo menyampaikan salah satu penopang ekspansi pada semester I adalah tabungan, giro dan deposito.

"Kita ekspansi kredit cukup tinggi hingga 20 persen, deposito 11 persen dan tabungan memang single digit," kata dia dalam paparan Semester I 2019 di Grha BNI, Jakarta Pusat, Selasa (23/7).

Baca Juga

Ia meyakini kondisi likuiditas dan datarnya pertumbuhan tabungan juga terjadi di industri secara merata. Perbankan bersaing dengan pemerintah untuk mendapatkan dana masyarakat. Termasuk, pembayaran dividen dan ada pajak yang harus dibayarkan.

Meski demikian, ia cukup optimistis pada semester II pertumbuhan tabungan akan lebih baik. Kondisi yang ada pada di semester I diprediksi tidak akan terjadi di semester II sehingga tekanan likuiditas membaik.

Direktur Konsumer BNI, Tambok PS Simanjuntak juga menambahkan pertumbuhan tabungan cukup datar. Dari sisi konsumer, ia mencoba untuk menarik dana-dana masyarakat dengan menyiapkan layanan pemenuhan kebutuhan konsumsi.

"Ke depan, kita fokus penetrasi ke nasabah di semua segmen, payroll, kartu kredit, menyediakan banyak fitur, dan lain-lain," katanya.

Selama semester I 2019, Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat tumbuh 13 persen secara yoy, dari Rp 526,48 triliun pada Semester I 2018 menjadi Rp 595,07 triliun. Rasio dana murah yang ditunjukkan dari komposisi CASA mencapai 64,6 persen dari total DPK. 

Dalam upaya menghimpun dana murah tersebut, BNI mengembangkan layanan digital banking, meningkatkan sinergi dengan berbagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), serta mengembangkan layanan bagi lembaga pemerintahan. 

Tercatat pula penambahan jumlah rekening sekitar 7,5 juta dari 39 juta rekening pada Semester I 2018 menjadi 46,5 juta rekening pada Semester I 2019. 

Selain itu, BNI juga terus meningkatkan jumlah branchless banking dari 94 ribu menjadi 124 ribu Agen46 yang disertai dengan kegiatan promosi agensi kemitraan. Pertumbuhan Non Interest Income atau fee based income tercatat tumbuh 11,6 persen YoY sebesar 96,5 persen. Non Interest Income BNI ditopang oleh recurring fee yang mencatatkan pertumbuhan 16,6 persen yoy, menjadi Rp 5,2 triliun. 

Pertumbuhan ini berkontribusi sebesar 21,6 persen terhadap total operating income BNI pada Semester I tahun 2019. Kenaikan Non Interest Income pada Semester I 2019 didorong oleh kontribusi fee dari segmen business banking, antara lain fee dari trade finance yang tumbuh 15,8 persen, fee sindikasi yang tumbuh 76,5 persen dan fee bank garansi yang tumbuh 1,3 persen.

Sedangkan sisanya dari pertumbuhan bisnis Consumer & Retail antara lain fee pengelolaan kartu debit dengan pertumbuhan 65,3 persen dan fee bisnis kartu yang tumbuh 12,9 persen. Untuk pertumbuhan Pendapatan Bunga Bersih, tercatat sebesar 1 persen YOY, yaitu dari Rp 17,45 triliun pada Semester I 2018 menjadi Rp 17,61 triliun pada Semester I 2019.  

Dari keseluruhan pertumbuhan Pendapatan Bunga Bersih, Non Interest Income, dan terjaganya biaya operasional yang tumbuh 7 persen, BNI mencatatkan perolehan laba bersih sebesar Rp 7,63 triliun pada Semester I 2019 yang tumbuh sebesar 2,7 persen yoy, dari Rp 7,44 triliun pada Semester I 2018. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement