REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT PLN (Persero) mencatat, Rasio Elektrifikasi (RE) di Provinsi Maluku dan Maluku Utara masing-masing sudah mencapai 87,07 persen dan 89,33 persen. PLN terus berupaya meningkatkan persentase di kedua daerah tersebut yang merupakan salah satu bagian dari program Maluku dan Maluku Utara Terang.
General Manager PLN Unit Induk Wilayah (UIW) Maluku dan Maluku Utara Romantika Dwi Juni Putra menuturkan, hingga saat ini, pihaknya terus berupaya untuk dapat menghadirkan listrik bagi kehidupan masyarakat. "Di antaranya melalui program Listrik Pedesaan (LISSA)," tuturnya dalam siaran pers, Jumat (19/7).
Pada 2020, target desa berlistrik PLN di Provinsi Maluku sebanyak 1.174 desa dari total desa 1.241 desa atau rasio desa berlistrik PLN sebesar 94,6 persen. Sedangkan, di Provinsi Maluku Utara sebanyak 1.181 desa dari total desa di provinsi maluku utara sebanyak 1.200 desa atau rasio desa berlistrik PLN sebesar 98,4 persen.
Adapun jumlah calon pelanggan di Provinsi Maluku dan Maluku Utara dengan target desa berlistrik di tahun 2020 tersebut yakni sebanyak 34.105 calon pelanggan untuk di Maluku dan 33.715 calon pelanggan di Maluku Utara.
Romantika menuturkan, concern PLN saat ini adalah daya beli masyarakat di desa-desa terpencil yang masih relatif rendah. Dampaknya, hanya sekitar 10-15 persen masyarakat yang mampu untuk membayar biaya pasang baru maupun pemasangan instalasi di rumah masing-masing. Tentunya potensi permasalahan ini harus disikapi melalui sinergi dari pemerintah dan berbagai pihak.
Di samping itu, semakin mendekati RE 100 persen, tantangan geografis kian terasa. Desa-desa yang tersisa terletak di pulau-pulau dengan tantangan tersendiri bagi PLN. "Khususnya terkait akses untuk mencapai pulau-pulau dan desa-desa tersebut," tutur Romantika.
Namun, Romantika menambahkan, harus diketahui juga bahwa tidak semua desa tersebut tidak berlistrik. Ada desa yang telah berlistrik namun dikelola oleh Pemerintah Daerah setempat, pihak swasta bahkan pengelolaan swadaya.
Tidak hanya itu, PLN juga terus berupaya untuk meningkatkan penjualan listrik di Maluku dan Maluku Utara, terutama di sistem-sistem kelistrikan yang besar dan memiliki ketersediaan daya besar pula seperti di Ambon dan Ternate. Tentunya dengan peningkatan pada penjualan tenaga listrik, akan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi.
Meningkatnya penjualan tenaga listrik dapat berarti juga terjadi peningkatan jumlah pelanggan kami di Maluku dan Maluku Utara mulai dari golongan rumah tangga hingga bisnis maupun industri. "Meningkatnya jumlah pelanggan tersebut khususnya di golongan bisnis maupun industri berarti kegiatan investasi di daerah ini telah menggeliat dengan dukungan pasokan listrik yang cukup," kata Romantika.
Sebagai informasi, hingga Juni 2019, jumlah pelanggan PLN di Maluku dan Maluku Utara mencapai 601.768. Jumlah ini meningkat sekitar 2,51 persen dari jumlah pelanggan di bulan Januari 2019 yang mencapai 586.689 pelanggan. Adapun sebanyak 29.053 pelanggan di antaranya merupakan pelanggan bisnis.
Peningkatan jumlah pelanggan juga selaras dengan peningkatan penjualan tenaga listrik itu sendiri. Tercatat, pertumbuhan penjualan tenaga listrik di Maluku dan Maluku Utara pada semester pertama 2019 ini meningkat sebesar 7,51 persen dibanding tahun sebelumnya. Pada Juni 2018, lalu PLN menjual sebesar 488 GWH dan untuk bulan Juni 2019 ini mencapai 525 GWH sehingga terdapat peningkatan sebesar 36 GWH.
"Tentu ini tidak lepas dari upaya PLN untuk memudahkan masyarakat dalam mendapatkan listrik dan meningkatkan kinerja operasi," ujar Romantika.