Jumat 19 Jul 2019 09:16 WIB

12 PLTSa Ditargetkan Beroperasi pada 2022

Empat PLTSa di antaranya menunggu penyelesaian di tahun ini.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Friska Yolanda
Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di TPA Sumur Batu, Kota Bekasi tak kunjung beroperasi meski nota kesepahaman dengan pengembang PT Nusa Wijaya Abadi sudah ditandatangani tiga tahun lalu.
Foto: Dinas LH Kota Bekasi
Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di TPA Sumur Batu, Kota Bekasi tak kunjung beroperasi meski nota kesepahaman dengan pengembang PT Nusa Wijaya Abadi sudah ditandatangani tiga tahun lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendorong percepatan pembangunan Pembangunan Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) sebagai bentuk tanggung jawab menyediakan energi terbarukan berbasis biomassa setempat. Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengatakan, melalui kebijakan ini, selain tercipta penyediaan energi listrik secara terjangkau juga sekaligus dapat memperbaiki kualitas lingkungan.

"Dukungan kami berupa implementasi program waste to energy. Membangun PLT Sampah bertujuan untuk membersihkan sampah itu sendiri. Nilai ekonomi dari listrik yang dihasilkan adalah bonus yang patut disyukuri," ujar Arcandra dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id di Jakarta, Jumat (19/7).

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi menyampaikan Kementerian ESDM berkomitmen, terhitung sejak 2019 hingga 2022 mendatang, terdapat 12 PLTSa yang bakal siap beroperasi. "Sesuai rencana, 12 pembangkit tersebut akan mampu menghasilkan listrik hingga 234 Megawatt (MW) dari sekitar 16 ribu ton sampah per hari," ujar Agung.

Agung menyebut, Surabaya dengan PLTSa sebesar 10 MW akan menjadi kota pertama yang mengoperasikan pembangkit listik berbasis biomassa tersebut. Volume sampah yang diolah sebesar 1.500 ton per hari dengan nilai investasi sekitar 49,86 juta dolar AS.

Agung merinci, lokasi PLTSa kedua berada di Bekasi dengan investasi sebesar 120 juta dolar AS dan daya 9 MW. Selanjutnya, ada tiga pembangkit sampah yang berlokasi di Surakarta (10 MW), Palembang (20 MW) dan Denpasar (20 MW).

"Total investasi untuk menghasilkan setrum dari tiga lokasi yang mengelola sampah sebanyak 2.800 ton persen hari sebesar 297,82 juta dolar AS," kata Agung.

Sisanya, lanjut Agung, DKI Jakarta sebesar 38 MW dengan investasi 345,8 juta dolar AS, Bandung (29 MW dengan 245 juta dolar AS), serta Makassar, Manado dan Tangerang Selatan. Masing-masing memiliki kapasitas sebesar 20 MW dan investasi yang sama, yaitu 120 juta dolar AS.

Kata Agung, dari 12 usulan pembangunan PLTSa yang ada, empat di antaranya memiliki perkembangan yang cukup baik dan menunggu penyelesaian di tahun ini. PLTSa itu adalah di Surabaya, DKI Jakarta, Bekasi, dan Solo. Bahkan, pembangunan PLTSa di kota-kota tersebut dimonitor langsung Presiden Joko Widodo.

"Betul, kota-kota tadi termasuk di Bali menjadi prioritas utama penanganan sampah di bawah pengawasan Bapak Presiden," ucap Agung.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement