Selasa 16 Jul 2019 09:43 WIB

Mengoptimalkan Potensi E-Commerce di Indonesia

Blibli.com membuat program The Big Start untuk mengoptimalkan potensi e-commerce

Rep: Cahyo Prayogo(Warta Ekonomi)/ Red: Cahyo Prayogo(Warta Ekonomi)
Mengoptimalkan Potensi E-Commerce di Indonesia. (FOTO: Cahyo Prayogo)
Mengoptimalkan Potensi E-Commerce di Indonesia. (FOTO: Cahyo Prayogo)

Blibli.com membuat program The Big Start sebagai upaya untuk mengoptimalkan potensi e-commerce serta mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Toko-toko online (e-commerce) memiliki potensi besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Hal itu karena e-commerce bisa menjadi platform potensial buat memasarkan produk-produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta menjangkau lebih banyak konsumen.

Tercatat, pada saat ini jumlah UMKM di Indonesia mencapai 62,92 juta unit usaha atau 99,92 persen dari total unit usaha di Tanah Air. Dari jumlah UMKM sebanyak itu, sektor ini mampu menyerap 96 persen tenaga kerja serta berkontribusi sebesar 60 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mencatat pada tahun 2017 lalu sektor e-commerce mampu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 0,712% atau kurang lebih Rp93 triliun. Pertumbuhan ini diyakini akan semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah UMKM yang mengubah bisnis dari konvensional ke digital.

Peneliti Indef Nailul Huda mengingatkan sektor e-commerce masih belum dioptimalkan dengan maksimal karena mayoritas produk-produk yang dijual di platform tersebut merupakan produk impor. Ia menyampaikan produk impor yang terdapat di e-commerce mencapai lebih dari 70%.

Di sisi lain potensi besar e-commerce masih belum dioptimalkan dengan maksimal karena jumlah pelaku UMKM  yang memanfaatkan platform ini masih sangat minim. Delloite‎ Access Economics melaporkan baru sekitar 9 persen pelaku UMKM di Indonesia yang memanfaatkan e-commerce untuk memasarkan produk. Kemudian McKinsey Global Institute menyampaikan hanya 5 persen UMKM yang sudah mampu bertransaksi secara online.

"Memang tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar produk yang terdapat di e-commerce merupakan produk impor. Hal ini dapat menyebabkan neraca perdagangan kita semakin defisit dan menyebabkan nilai tukar rupiah melemah," katanya sebagaimana dikutip oleh Warta Ekonomi di Jakarta, Senin (15/7/2019).

Baca Juga: Kemenperin Dorong E-Commerce Cetak Wirausahawan Baru

Nailul Huda meminta para pelaku e-commerce dan pelaku UMKM untuk lebih menggencarkan kerja sama dalam bidang penyediaan tempat di platform e-commerce. Ia juga meminta para pengusaha e-commerce untuk menyediakan slot khusus bagi UMKM lokal agar produk mereka bisa bersaing dengan produk impor.

"Pelaku UMKM kita juga harus bersiap untuk memasuki pasar e-commerce guna bersaing dengan pelaku usaha di luar," ujarnya.

Menjawab Tantangan

Pada tahun 2016 Blibli menginisiasi program The Big Start untuk menjawab tantangan e-commerce di Indonesia. Program ini berupaya untuk mencari bibit-bibit pelaku UMKM yang tersebar di seluruh pelosok Tanah Air. Kemudian Blibli akan membantu para pelaku UMKM tersebut untuk mengembangkan bisnis serta mendorong mereka untuk masuk ke dalam platform online.

Deputy Chief Marketing Officer Blibli, Andy Adrian, mengatakan Blibli memiliki tekad untuk terus mengapresiasi hasil karya para pelaku usaha kreatif serta UMKM dengan cara meningkatkan kapabilitas mereka agar mampu bersaing secara kompetitif.

"Para pelaku UMKM yang mengikuti program ini akan dibekali dengan berbagai macam pengetahuan, pelatihan, networking, hingga modal usaha," katanya di Gedung Sate, Bandung, belum lama ini.

Pada tahun 2019 ini The Big Start telah memasuki musim keempat penyelenggaraan. Sejauh ini sudah ada puluhan ribu pelaku UMKM yang mengikuti program ini. Setiap musim penyelenggaraan Blibli akan memilih 100 pelaku UMKM terbaik agar bisa mendapatan pembinaan dan pendampingan secara langsung. 

SVP Trade Partnership Merchant Sales Operation & Development Blibli, Geoffrey L Dermawan, mengatakan pihaknya memiliki komitmen jangka panjang dalam program pengembangan bisnis UMKM. Ia menjelaskan para pelaku UMKM yang telah mengikuti program The Big Start akan dibantu untuk masuk ke dalam platform Galeri Indonesia yang terdapat di Blibli.com. Galeri Indonesia sendiri merupakan platform khusus bagi pelaku UMKM yang memproduksi produk-produk lokal.

"Sebenarnya TBS ini hanya langkah awal bagi para UMKM untuk mengembangkan bisnis dan usaha. Setelah mengikuti program The Big Start, para peserta akan mendapat kesempatan menaruh produk-produk kreatif mereka di Galeri Indonesia, kategori khusus di Blibli.com bagi produk kreatif hasil produksi lokal," jelas Geoffrey.

Potensi Baru

Andy Adrian mengatakan Blibli sangat optimis program The Big Start bisa mendorong lebih banyak pelaku UMKM dalam memanfaatkan platform online. Selain itu, ia yakin program The Big Start juga bisa melahirkan lebih banyak wirausahawan baru.

Ia mengamati bahwa saat ini muncul tren baru di kalangan generasi milenial yang lebih tertarik untuk menggunakan dan menciptakan produk-produk lokal. Padahal selama ini masyarakat Indonesia dikenal sangat gemar menggunakan produk-produk impor dengan merek terkenal. Ia menjelaskan tren baru ini merupakan potensi besar yang harus dimanfaatkan dengan baik.

"Jadi, saat ini generasi milenial bangga terhadap produk lokal. Ini merupakan potensi besar yang sangat menarik," ujarnya.

Andy mengatakan Blibli terus berupaya mengajak semua pihak untuk memaksimalkan potensi dari generasi milenial ini. Apalagi pada tahun 2030 nanti Indonesia akan memasuki masa bonus demografi ketika generasi milenial memasuki usia produktif. Adapun, jumlah penduduk usia produktif diperkirakan mencapai 180 juta orang atau dua kali lebih banyak ketimbang usia nonproduktif.

"Ini merupakan potensi dan peluang baru bagi Indonesia. Jadi, saat ini seperti telur baru menetas dan perjalanan masih akan sangat panjang," pungkasnya.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement