REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) telah lulus dan terpilih sebagai Deputi Gubenur Senior Bank Indonesia. Keputusan ini dilakukan secara penuh, tak ada penolakan atau aklamasi.
Destry ditetapkan sebagai DGS melalui metode pemilihan musyawarah mufakat. Menurut Ketua Komisi XI DPR Melchias Marcus Mekeng terpilihnya Destry diharapkan dapat memperdalam pasar keuangan, sehingga investasi bisa semakin deras masuk ke Indonesia.
“Bank Indonesia memiliki peran memperdalam produk keuangan seperti REPO, surat berharga. Jadi surat berharganya bukan hanya SUN (Surat Utang Negara) tapi juga surat berharga korporasi yang punya rating bagus. Hal itu harus dilakukan Bank Indonesia agar semakin market maker,” ujarnya di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (11/7).
Menurutnya ada beberapa poin penting lainnya yang menjadi tugas Destry. Salah satunya, mengantisipasi gejolak ekonomi global untuk merespon kebijakan suku bunga acuan terhadap kondisi perekonomian Indonesia.
“Kita harapkan ke depan, pertumbuhan ekonomi kita tidak bisa mengandalkan dari dalam negeri saja atau APBN. Kita inginkan investasi luar negeri dan Bank Indonesia memiliki peran yang besar dengan memperdalam produk keuangan,” ungkapnya.
Sementara Ketua Himpunan Bank Negara (Himbara) Maryono menilai sosok Destry memiliki kapasitas untuk memperdalam pasar keuangan di Indonesia. Mengingat Destry sudah malang melintang di dunia perbankan.
"Tadi sudah saya katakan karena dia calonnya cuma satu, saya kira dia juga kita nilai dari sisi industri perbankan, dia punya kapasitas dan kapabilitas yang layak untuk bisa dilakukan suatu penilaian oleh DPR," ucapnya.
Menurutnya saat ini Destry menjabat Anggota Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) telah dikenal oleh pelaku usaha. Diharapkan menjadi komunikasi yang baik untuk menjembatani antara pelaku usaha dengan regulator.
Ke depan, Maryono mengingatkan sejumlah tantangan bagi Destry di bank sentral, di antaranya membuat likuiditas di perbankan jadi lebih longgar, serta suku bunga Bank Indonesia yang masih dipertahankan pada evel enam persen.
"Satu, likuiditas perbankan yang masih ketat, suku bunga masih tinggi. Ini yang perlu agar kita perbankan bisa lincah lagi, supaya bisa mengisi pembangunan ini, meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara menyeluruh," ungkapnya.