Jumat 05 Jul 2019 21:20 WIB

Harga Cabai Merah di Lampung Capai Rp 70 Ribu per Kg

Pasokan cabai merah dari agen mulai berkurang dan stok pedagang mulai menipis.

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Gita Amanda
Ilustrasi penjual cabai di pasar tradisional.
Ilustrasi penjual cabai di pasar tradisional.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Harga cabai merah di pasar tradisional Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Lampung Selatan, telah menyentuh Rp 70 ribu per kilogram (kg). Pasokan cabai merah dari agen mulai berkurang dan stok pedagang mulai menipis.

Berdasarkan keterangan yang diperoleh, Jumat (5/7), harga cabai di Pasar Pasir Gintung Kota Bandar Lampung, sebelumnya masih Rp 50 ribu per kg, dalam beberapa hari naik menjadi Rp 60 ribu per kg. Sedangkan pedagang d Pasar Inpres Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan, telah menjual cabai merah Rp 70 ribu per kg.

Baca Juga

Menurut Andi, pedagang sayur mayur di Pasar Pasir Gintung, harga cabai sudah naik dari agennya, sehingga pedagang pengecer terpaksa turut menaikkan harga. Padahal, pada awal Juli masih kisaran Rp 50 ribu sampai Rp 52 ribu per kg. Beberapa hari terakhir harganya melonjak sampai Rp 60 ribu per kg.

“Karena pasokan berkurang, harga semakin mahal, kami stok cabai sedikit khawatir tidak laku,” ujarnya.

Ia tidak mengetahui alasan harga cabai naik begitu tinggi, yang biasanya harga normal hanya Rp 25 ribu sampai Rp 30 ribu per kg. Ia memprediksi harga naik karena agen kesulitan mencari cabai merah, akibat musim kemarau d beberapa daerah.

Pedagang di Pasar Inpres Kalianda sudah menaikkan harga cabai mencapai Rp 70 ribu per kg. Harga sebelumnya masih pada kisaran Rp 60 ribu per kg pada akhir Juni 2019. Menurut Umi, warga Kalianda, kenaikan harga cabai sangat drastis dari Rp 60 ribu menjadi Rp 70 ribu per kg.

Ibu rumah tangga tersebut membeli cabai merah seperempat kilogram seharga Rp 18 ribu. Padahal, ia biasa membeli cabai untuk menyetok kebutuhan dapur Rp 30 ribu setengah kilogram. “Karena mahal saya hanya beli cabai seperempat kilogram saja,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement