Selasa 02 Jul 2019 16:25 WIB

Harga Ayam Naik, Peternak Nilai Cuma Sementara

Pemerintah diminta segera membenahi masalah hulu hingga hilir dalam penyediaan stok.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Gita Amanda
DOC atau bibit anak ayam (ilustrasi)
Foto: Wikipedia
DOC atau bibit anak ayam (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga ayam (livebird/LB) di tingkat peternak kini mulai membaik di kisaran Rp 17 ribu sampai Rp 18 ribu per kilogram. Namun, hal ini dinilai hanya akan terjadi sementara apabila pemerintah tidak membenahi masalah hulu hingga hilir dalam penyediaan stok daging ayam.

Anjloknya harga ayam di Jawa Tengah dan Jawa Timur hingga Rp 6.000 per kilogram memang telah merugikan para peternak mandiri. Beberapa upaya telah dilakukan Kementerian Pertanian untuk mendongkrak kembali harga ayam.

Baca Juga

Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Singgih Januratmoko menjelaskan, harga ayam saat ini membaik karena telah berhasil dilakukan pengurangan bibit ayam umur satu hari DOC (Day Old Chicken) dan Final Stock (FS).

"Harga sekarang ini memang sudah seharusnya naik. Sekarang panennya 60-70 persen DOC, kita nggak tahu sebulan mendatang harganya gimana, setelah DOC normal," ujar Singgih kepada Republika.co.id, Selasa (2/7).

Anjloknya harga ayam sebelumnya disebabkan oleh kelebihan pasokan dan daya beli menurun usai lebaran. Namun, kerugian para peternak ayam menurutnya sudah terjadi selama sembilan bulan, sejak September tahun lalu. Harga ayam sebesar Rp 5.000 per kilogram baru-baru ini merupakan yang paling anjlok akibat akumulasi stok. Harga tersebut sangat merugikan, karena hanya sekitar 30 persen nilai ayam dari modal.

Menurut Singgih, hal yang selanjutnya dilakukan agar peternak tidak merugi kembali adalah dengan antisipasi perbaikan di hulu dan hilir. Pada hulu, jumlah DOC harus dihitung kembali sehingga tidak terjadi kelebihan pasokan. Sedangkan pada sisi hilir, Kementan harus terus membenahi jalur distribusi.

Selain itu, untuk perusahaan besar yang melakukan budidaya, Singgih menilai seharusnya 50 persen ayam potong untuk dijual dalam bentuk beku (frozen) atau diekspor. "Kalau tidak diatasi, dramanya masih akan panjang. Tiap tahun bisa bagi-bagi ayam gratis terus," kata Singgih.

Sebelumnya Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita menjelaskan pergerakan harga ayam yang mulai membaik tidak hanya terjadi di sentra Jawa Tengah, tetapi juga Jawa Timur, Bali, Lampung, dan Bogor. Menurut dia, salah satu faktor yang memengaruhi peningkatan harga ini melalui pengurangan bibit ayam umur satu hari DOC dan FS.

Penarikan DOC tersebut dilakukan pada hatchery di tiga perusahaan pembibitan PS ayam ras broiler di Jawa Tengah yakni PT Charoen Phokphand Indonesia, PT Japfa Comfeed Indonesia, dan PT Sumber Unggas Jaya. Namun demikian, Ketut menjabarkan bahwa dampak pengurangan DOC dan FS tersebut cukup cepat terhadap pengendalian suplai dan pengaruhnya terhadap harga.

"Logika saya, jika dikurangi telur atau kurangi hedgingegg, dampaknya mestinya bulan depan. Sekarang, satu hari saja sudah naik," kata Ketut, Senin (1/7) lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement