REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak memangkas kenaikan awal pada akhir perdagangan Senin (1/7), setelah kekhawatiran tentang kelebihan pasokan masih berlanjut. Akan tetapi, harga kembali turun ketika OPEC memperpanjang pemotongan pasokan hingga Maret 2020 selama pertemuan di Wina.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) sepakat pada Senin untuk memperpanjang pengurangan pasokan minyak hingga Maret 2020. OPEC dijadwalkan untuk bertemu dengan Rusia dan produsen lainnya, aliansi yang dikenal sebagai OPEC+, pada Selasa waktu setempat untuk membahas pengurangan pasokan di tengah melonjaknya produksi minyak AS.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September ditutup naik 32 sen per barel pada 65,06 dolar AS. Selama sesi itu, patokan internasional Brent menyentuh intraday tertinggi 66,75 dolar AS. Kontrak pengiriman Agustus ditutup pada 66,55 dolar AS per barel pada Jumat (28/6).
Sementara itu, minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus naik 62 sen menjadi menetap pada 59,09 dolar AS per barel. Harga minyak naik setelah sebelumnya menyentuh tertinggi dalam lebih dari lima pekan pada 60,28 dolar AS.
"WTI dan Brent hari ini telah jatuh dari tertinggi intraday karena pengamat pasar menjadi gelisah dengan menunggu lama untuk pertemuan OPEC untuk menyimpulkan, sebuah tanda bahwa mungkin ada beberapa bentuk ketidaksepakatan," kata Tony Headrick, seorang analis pasar energi di St Paul, pialang komoditas Minnesota, CHS Hedging LLC.
Pertemuan OPEC yang tertutup berlangsung selama lebih dari enam jam. "Akan sulit untuk mempertahankan keuntungan: akan ada pertanyaan di pasar apakah pemotongannya cukup," kata John Kilduff, mitra di Again Capital Management di New York.
Iran, di bawah sanksi AS bersama sekutu OPEC Venezuela, pada Senin (1/7) bergabung dengan produsen utama Arab Saudi, Irak dan Rusia, dalam mendukung perpanjangan pemangkasan pasokan. Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada Ahad (30/6) bahwa dia telah setuju dengan Arab Saudi untuk memperpanjang pengurangan produksi 1,2 juta barel per hari (bph) selama enam hingga sembilan bulan.
Menteri Energi Saudi Khalid al-Falih mengatakan kesepakatan itu kemungkinan besar akan diperpanjang sembilan bulan dan tidak ada pengurangan yang lebih dalam diperlukan. "Jika Rusia, Arab Saudi dan anggota OPEC utama lainnya mempertahankan produksi pada tingkat yang mereka hasilkan dalam H1-19 mereka akan memastikan bahwa pasar minyak global tidak dialiri berlebihan. Mereka hanya perlu membayar pengekangan kecil sambil menuai harga minyak yang bagus 60-70 dolar AS per barel," kata Bjarne Schieldrop dari SEB.
Harga minyak telah berada di bawah tekanan baru dalam beberapa bulan terakhir dari meningkatnya pasokan AS dan ekonomi global yang melambat.
Produksi minyak mentah AS pada April naik ke rekor bulanan baru 12,16 juta barel per hari meskipun pertumbuhan produksi minyak serpih kemungkinan memuncak tahun lalu.