REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Proyek 35 ribu megawatt (MW) hingga Mei 2019 baru 10 persen beroperasi, atau sekitar 3.617 MW. Pemerintah dan swasta terus berupaya menyelesaikan proyek tersebut
Plt Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), Djoko Abumanan menjelaskan beroperasinya 3.617 MW tersebut 25 persennya merupakan pembangkit yang dibangun dan dikelola oleh PLN. Angkanya sebesar 2.238 MW. Sedangkan 5 persennya atau senilai 1.378 MW dioperasikan oleh IPP.
"Sampai pada Mei tahun ini total pembangkit yang beroperasi dari proyek 35 GW (Gigawatt) ada sebesar 3.617 MW. Sisanya masih ada yang tahap konstruksi, tahap kontrak atau PPA ada yang masih tahap pengadaan dan juga perencanaan," ujar Djoko, Ahad (30/6).
Djoko menjelaskan dari proyek 35 GW ini, 57 persennya masih dalam tahap konstruksi. Sebanyak 57 persen tersebut atau senilai dengan 20,1 ribu megawatt, 50 persen dari total tersebut dikelola dan dibangun oleh PLN. Sedangkan 59 persennya dikelola oleh IPP atau sektar 15,7 ribu MW.
Djoko menjelaskan para pembangkit yang mulai masuk tahap konstruksi ini memiliki deadline Commissioning beragam hingga 2025 mendatang. Djoko juga menjelaskan harapannya commissioning para pembangkit ini juga sejalan dengan pertumbuhan konsumsi.
"Sebenarnya kan ini persoalan pertumbuhan konsumsi juga ya. Paling tidak sesuai kebutuhan, bukan proyeknya melambat," ujar Djoko.
Direktur Perencanaan Korporat PLN, Syofvie Rukman juga menjelaskan bahwa untuk proyek 35 GW sendiri untuk tahun 2019 ini sudah ada beberapa pembangkit yang akan commissioning. Salah satunya adalah proyek Jawa 7 dan proyek PLTU Cilacap. Keduanya, kata Syofvi memiliki kapasitas masing masing 1.000 MW.
"Kalau untuk yang COD tahun ini ada banyak ya. Jawa 7 itu 1.000 MW. Cilacap juga. Selain itu proyek PLTP dan PLTA juga banyak yang akan COD tahun ini. Ini menambah kapasitas pembangkit," ujar Syofvie.
Ditemui terpisah, Wakil Presiden Direktur Adaro Power, Dharma Djojonegoro menjelaskan dari pihak Adaro rencananya tahun ini akan mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Uap Tanjung. Saat ini, kata Dharma, proyek tersebut sudah selesai dalam segi pembangunan. Hanya saja, perusahaan masih melakukan running test agar memastikan keandalan dari pembangkit ini.
"Lagi commissioning (6-12 bulan), beberapa bulan ini bisa cod tahun ini lah. Karena nomor satu teknis dicoba satu satu berbagai skenario. Kami ingin memastikan bahwa pembangkit ini akan mampu melayani PLN sepanjang 25 tahun kontrak," ujar Dharma, Ahad (30/6)
PLTU Tanjung dikerjakan oleh PT Tanjung Power Indonesia (TPI) yang merupakan perusahaan konsorsium PT Adaro Power dan perusahaan asal Korea Selatan, PT East West Power Indonesia (EWPI). Pembangkit ini memiliki kapasitas 200 Megawatt (MW)
Dharma juga menjelaskan selain PLTU Tanjung, pada paruh kedua tahun depan Adaro juga akan mengoperasikan PLTU Batang yang juga merupakan bagian dari proyek 35 GW. Dharma menjelaskan saat ini progress pembangunan proyek sebesar 78 persen.
"PLTU Batang 78 persen konstruksi target COD akhir tahun depan," ujar Dharma.
PLTU Batang berkapasitas 2.000 MW ini dibangun dengan investasi sebesar 4,2 miliar dolar. Proyek PLTU Batang dibangun Adaro Power dan bekerja sama dengan Jepang Electric Power Development Co, Ltd (J-Power) dan Itochu Corporation.