REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hingga Mei 2019, pembangkit PLN yang berbasis energi terbarukan mencapai 13,42 persen. Di antara beberapa jenis pembangkit, pembangkit listrik tenaga air (PLTA) masih mendominasi dalam bauran energi.
Plt Direktur Utama PLN, Djoko Abumanan menjelaskan komitmen PLN dalam meningkatkan porsi EBT dalam bauran energi tetap akan dilaksanakan. Saat ini, PLN lebih fokus memetakan potensi EBT disetiap daerah.
"Kami tetap berkomitmen untuk meningkatkan EBT dalam bauran energi. Hal ini terlihat pada RUPTL 2019-2028 ada penambahan kapasitas pembangkit EBT hingga 16 gigawatt (GW)," ujar Djoko, Jumat (28/6).
Djoko menjelaskan untuk saat ini hingga Mei 2019, jumlah PLTA yang beroperasi sebesar 7,61 persen. Sedangkan posisi kedua diduduki oleh pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) yang dalam bauran energi sebesar 4,95 persen. Sisanya, seperti pembangkit tenaga diesel (PLTD) dengan porsi 0,59 persen dan EBT lainnya seperti surya, angin, biomassa sebesar 0,27 persen.
Jika dibandingkan pada 2018, porsi EBT ini mengalami peningkatan. Tercatat pada 2018, porsi EBT sebesar 12,39 persen dengan porsi PLTA sebesar 6,37 persen. Sementara, pembangkit panas bumi juga mendominasi dengan porsi 5,30 persen.
Namun, Djoko menjelaskan hingga akhir tahun angka ini masih bisa naik. Kenaikan ini bisa saja terjadi mengingat pada 201 perusahaan mentargetkan ada tambahan kapasitas sebesar 560 MW yang berasal dari pembangkit EBT.
Ia merinci, PLTP akan menyumbang sekitar 190 MW, PLTA sebesar 154 MW, PLTM sebesar 140 MW, PLTS sebesar 63 MW dan PLT Biomassa sebesar 12 MW.