Rabu 26 Jun 2019 17:55 WIB

566 Desa di Jatim Berpotensi Alami Kekeringan

Daerah yang desanya paling berpotensi mengalami kekeringan adalah Kabupaten Sampang.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Friska Yolanda
Seorang petani memanen padi belum cukup umur di lahan perswahan yang merekah, akibat kekeringan, Senin (17/6). Petani di dusun ini melakukan ‘panen terpaksa’ untuk menghindari kerugian lebih besar akibat dampak musim kemarau.
Foto: Republika/Bowo Pribadi
Seorang petani memanen padi belum cukup umur di lahan perswahan yang merekah, akibat kekeringan, Senin (17/6). Petani di dusun ini melakukan ‘panen terpaksa’ untuk menghindari kerugian lebih besar akibat dampak musim kemarau.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur (Jatim), Suban Wahyudiono mengungkapkan, berdasarkan hasil pemetaan, ada sekitar 566 desa di wilayah Jatim yang berpotensi mengalami kekeringan pada musim kemarau 2019. Kesemua desa tersebut, tersebar di 180 kecamatan yang ada di 24 kabupaten/kota di Jawa Timur.

"Dari pemetaan tadi, desa yang paling banyak berpotensi mengalami kekeringan di 2019 di Kabupaten Sampang ada 67 desa. Kedua di Kabupaten Tuban, itu 55 desa. Ketiga di Kabupaten Pacitan, Ngawi, dan Lamongan, itu ada 45 desa," ujar Suban dikonfirmasi Rabu (26/6).

Baca Juga

Suban mengungkapkan, saat ini juga sudah ada beberapa desa di Jatim yang melayangkan permintaan dropping air akibat kekeringan. Di antaranya ada di Kabupaten Pacitan, tepatnya di tiga desa dari tiga kecamatan yang sudah meminta dropping air. Kemudian di Kabupaten Trenggalek ada empat desa, di satu kecamatan, di Kabupaten Magetan ada satu desa di satu kecamatan, di Kabupaten Lamongan ada tiga desa di dua kecamatan, dan Kabupaten Lumajang ada 14 desa di 6 kecamatan.

"Sampang meskipun paling banyak desa yang berpotensi mengalami kekeringan, hingga kini belum ada permintaan air ke BPBD. Karena masih ada beberapa kecamatan yang masih mengalami hujan. Tapi kita sudah siapkan untuk Juli, kalau-kalau masyarakat sudah minta dropping air," ujar Suban.

Suban menegaskan, pemerintah Jawa Timur sudah sangat siap menyambut musim kemarau 2019. Segala persiapan diakuinya telah dilakukan, termasuk anggaran yang menurutnya sudah sangat siap. 

"Secara keseluruhan kita siap. Kan ada daerah yang anggarannya siap, ada yang tidak. Kalau yang tidak, nanti baru ke provinsi. Tapi kita sudah siap, sudah siapkan anggaran," kata Suban.

Pemprov Jatim, dalam hal ini gubernur Jatim, diakuinya juga telah membuat surat edaran ke bupati dan wali kota se-Jatim, untuk siaga darurat bencana kekeringan 2019. Selanjutnya, Pemprov Jatim juga telah menyiapkan berbagai kebutuhan dalam menyambut musim kekeringan tersebut.

"Kita sudah membagikan tandon-tandon air bagi desa-desa yang berpotensi kekeringan itu. Hampir 890 dibagikan lewat BPBD kabupaten/ kota. Kita juga bagikan jeriken-jeriken itu," kata Suban. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement