Selasa 25 Jun 2019 18:07 WIB

Orang-Orang Terkaya Indonesia Dipanggil Jokowi, Ada Apa?

Orang-orang kaya Indonesia diminta untuk mengembangkan hotel di 10 Bali Baru.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Friska Yolanda
Pemilik Mayapada Grup Dato Sri Tahir
Foto: Antara/Aprillio Akbar
Pemilik Mayapada Grup Dato Sri Tahir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengundang sejumlah bos-bos perusahaan besar di Tanah Air untuk datang ke Istana Kepresidenan pada Selasa (25/6) sore. Sosok orang-orang terkaya Indonesia yang hadir di Istana sore ini, di antaranya adalah Budi Hartono dan Michael Bambang Hartono dari Djarum, Chairul Tanjung sebagai bos CT Corp, Gandi Sulistyo menjabat sebagai Managing Director Sinarmas, Peter Sondakh sebagai bos Rajawali Corpora, Hary Tanoesoedibjo dari MNC, dan Dato' Sri Tahir sebagai bos Mayapada Group. 

Lantas apa maksud diundangnya 'crazy rich Indonesia' tersebut ke Istana?

Dato' Sri Tahir, pendiri Mayapada Group, menyebutkan bahwa Presiden Jokowi secara khusus mengundang para pengusaha untuk membahas rencana pengembangan hotel di beberapa lokasi yang disebut '10 Bali Baru'. Lokasi-lokasi tersebut adalah Danau Toba di Sumatra Utara, Tanjung Kelayang di Bangka Belitung, Tanjung Lesung di Banten, Pulau Seribu di Jakarta, Candi Borobudur di Jawa Tengah, Mandalika di NTB, Gunung Bromo di Jawa Timur, Wakatobi di Sulteng, Labuan Bajo di NTT, dan Morotai di Maluku Utara. 

"Presiden minta supaya para pengusaha hotel ini bisa membuka hotel di sepuluh lokasi baru, khususnya NTB. Karena NTB sudah dipersiapkan infrastruktur nya, airport akan diperbesar. Jadi Bapak Presiden meminta supaya partisipasi daripada pengusaha hotel, untuk segera membuka hotelnya supaya ramai," kata Tahir di Istana Negara, Selasa (25/6).

Tahir menyebut bahwa para pengusaha yang hadir ke istana sore ini menyambut positif permintaan Presiden Jokowi untuk membangun hotel di 10 titik baru tersebut. Menurutnya, tindak lanjut pertemuan sore ini adalah perencanaan pembangunan hotel yang akan dilakukan dalam waktu dekat. 

"Ya harus (bangun), amanah kok, ya harus. Sudah amanah Presiden harus jalani," katanya. 

Tahir menyebut bahwa fokus paling dekat adalah pembangunan hotel di Lombok, NTB yang dalam waktu dekat akan menjadi tuan rumah gelaran Moto GP. Namun pengusaha berusia 67 tahun ini mengingatkan pemerintah bahwa sektor pariwisata di Lombok pun harus dikembangkan secara jangka panjang tanpa bergantung pada gelaran Moto GP saja. 

"Saya pikir bukan GP yang menarik, tapi adalah tourism-nya yang menarik, jangan hanya GP-nya. GP kan setahun sekali ya sisanya, GP kan sehari, 365 hari apa yang kita lakukan," kata Tahir. 

Menurutnya, pembangunan hotel dan resor dalam skala besar di Mandalika, Lombok misalnya diyakini mampu menciptakan pasar turisme yang cukup besar. Misalnya, kawasan yang memiliki 20 hotel berbintang tentu akan menarik wisatawan asing untuk singgah. 

"Kalau bikin hotel kan secara ekonomi bisa create market, kalo misalnya ada 20 hotel dibangun kan ada market itu," katanya. 

Mayapada Group sendiri, ujar Tahir, sudah memiliki usaha perhotelan di Bali, Surabaya, dan Batam. Sesuai permintaan Presiden, Tahir menyebutkan akan menyeriusi rencana pembangunan di 10 titik baru, khususnya Lombok. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement