Clock Magic Wand Quran Compass Menu

BEI Tunggu Penjelasan Tutupnya Gerai Giant

Giant dikabarkan akan menutup enam gerai ritelnya yang berada di wilayah Jabodetabek.

Rep: Retno Wulandhari
Calon pembeli saat berbelanja di Supermarket Giant, Mampang Prapatan, Jakarta, Ahad (23/6).
Republika/Putra M. Akbar Calon pembeli saat berbelanja di Supermarket Giant, Mampang Prapatan, Jakarta, Ahad (23/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bursa Efek Indonesia (BEI) masih menunggu penjelasan mengenai alasan tutupnya sejumlah gerai ritel modern Giant milik PT Hero Supermarket Tbk. Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna Setia mengatakan, pihaknya memberi waktu bagi Hero untuk menjelaskan strategi bisnis yang akan ditempuh ke depan. 

Sponsored
Sponsored Ads

"Kita tunggu jawabannya, kemarin ada informasi kita langsung mintakan penjelasannya," ujar Nyoman saat ditemui usai menghadiri Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi XI DPR RI, Senin (24/6).

Seperti pada perusahaan lainnya, menurut Nyoman, BEI memberi waktu untuk mengonfimasi perihal berita penutupan gerai tersebut maksimal tiga hari terhitung sejak hari ini. Nyoman berharap, pada Rabu (26/6) mendatang pihaknya sudah mendapatkan jawaban yang komprehensif dari Hero. 

Scroll untuk membaca

Sebelumnya, Giant dikabarkan akan menutup enam gerai ritelnya yang berada di wilayah Jabodetabek pada 28 Juli 2019 mendatang. Adapun keenam gerai tersebut antara lain Giant Ekspres Cinere Mall, Giant Ekspres Mampang Prapatan, Giant Ekspres Pondok Timur, Giant Ekstra Wisma Asri, Giant Ekstra Jatimakmur, dan Giant Ekstra Mitra 10 Cibubur.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan maraknya penutupan peritel modern murni disebabkan adanya persaingan usaha. Di mana hal tersebut dinilai wajar dalam kondisi bisnis yang ada.

“Wajar itu, kan peritel itu ada macam modelnya. Ada yang bentuknya (department) store, ada yang mart. Ini murni persaingan,” kata Darmin.

Lebih lanjut Darmin menjelaskan, pihaknya belum dapat menentukan kemungkinan adanya pemberian insentif agar peritel-peritel tidak terus berguguran. Menurut dia, iklim usaha pada umumnya tak lepas dari persaingan antara satu dengan yang lainnya.

Sehingga hal tersebut, kata dia, merupakan hal yang normal. “Tidak perlu dirisaukan,” kata dia. 

Berita Terkait

Berita Terkait

Rekomendasi

Republika TV

>

Terpopuler

>