Selasa 18 Jun 2019 10:25 WIB

Ini Strategi Kementan Antisipasi Kekeringan Sawah

Kementan melakukan rehabilitasi saluran irigasi di wilayah yang mengalami kekeringan.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Friska Yolanda
Seorang petani, Dusun Gendurit, Desa Kawengen, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang memanen padi belum cukup umur di lahan perswahan yang merekah, akibat kekeringan, Senin (17/6). Petani di dusun ini melakukan ‘panen terpaksa’ untuk menghindari kerugian lebih besar akibat dampak musim kemarau.
Foto: Republika/Bowo Pribadi
Seorang petani, Dusun Gendurit, Desa Kawengen, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang memanen padi belum cukup umur di lahan perswahan yang merekah, akibat kekeringan, Senin (17/6). Petani di dusun ini melakukan ‘panen terpaksa’ untuk menghindari kerugian lebih besar akibat dampak musim kemarau.

REPUBLIKA.CO.ID, KEBUMEN -- Kementerian Pertanian (Kementan) melakukan pemantauan kawasan sawah yang mengalami kekeringan di beberapa wilayah di Kebumen, baru-baru ini. Adapun solusi yang sedang diupayakan meliputi sistem gilir giring setiap enam hari sekali dan  mendapat giliran sebanyak satu hari untuk pengairan. 

Direktur Jenderal Prasarana Sarana Pertanian Kementan Sarwo Edhy mengatakan, selain upaya tersebut, Kementan juga melakukan rehabilitasi saluran irigasi tersier sejauh 300 meter di wilayah sawah yang mengalami kekeringan. Adapun wilayah sawah di Kebumen yang temukan yang terancam kekeringan antara lain di Kecamatan Bulus Pesantren, dan Kecamatan Petanahan.

Baca Juga

Berdasarkan catatan Kementan, kecamatan Bulus Pesantren memiliki luas tanaman padi sawah (standing crop) yang terancam kekeringan pada Musim Tanam kedua (MT II) sebesar 213 hektare. Wilayah terancam tersebut meliputi Desa Indrosari 6 hektare, Desa Sangubanyu 30 hektare, Desa Ambalkumolo 9 hektare, Desa Bocor 14 hektare, Desa Waluyo 4 hektare dan Desa Sidomoro 160 hektare. 

"Saat ini umur tanaman padi di Kecamatan Bulus Pesantren ada 30 HST (hari setelah tanam), kami melakukan pantauan pada Desa Sidomoro, Desa Tanjungsari, dan Desa Bocor," kata Edhy dalam keterangan pers, Selasa (18/6).

Dia menyatakan, berdasarkan pantauan di Desa Sidomoro, Gapoktan Mitra Tani mengungkapkan, desa tersebut merupakan desa paling luas standing crop yang terancam kekeringan. Adapun penyebab kekekeringan yang melanda Kecamatan Bulus Pesantren, kata dia, disebabkan pengurangan suplai air dari waduk wadaslintang (intake Kedungsamak) ke jaringan irigasi. Kekeringan juga terjadi karena musim kemarau yang maju. 

"Bulan April curah hujan rendah dan Mei sudah tidak ada hujan. Sementara awal masa tanam jadi mengalami kemunduran," kata dia. 

Sarwo Edhy mengatakan, pihaknya telah melakukan upaya penyelamatan tanaman padi yang mengalami kekeringan. Di antaranya melalui sistem gilir giring selama enam hari mendapatakan satu hari untuk pengairan, memaksimalkan pemanfaatan pompa bantuan pemerintah tahun 2018 dengan 3 inchi untuk mengairi sawah yang rawan kekeringan, dan

melakukan penggiliran anggota Kementan maupun Gapoktan untuk menjaga pengaturan pemakaian air.

Dari catatan Kementan, pada tahun anggaran 2018, Kabupaten Kebumen mendapatkan alokasi pompa air sebanyak 15 unit. Edhy menyebut, keseluruhan pompa tersebut sudah terdistribusi secara merata pada daerah-daerah yang berpotensi mengalami kekeringan. Pihaknya berjanji akan mengupayakan pompa dengan kapasitas yang lebih besar yakni 6 inci agar dapat mengalirkan air dari saluran irigasi di Desa Tanjungsari ke saluran irigasi tersier yang menuju Desa Sidomoro guna menambah ketersediaan air. 

Sedangkan pada Desa Bocor, Edhy memaparkan, dengan standing crop yang mengalami kekeringan mencapai 14 hektare, kekeringan disebabkan karena suplai air dari saluran irigasi Wadaslintang tidak bisa mencapai Desa Bocor. Namun saat ini, kata dia, untuk memenuhi kebutuhan air irigasi pihaknya memanfaatkan air permukaan sungai Kedungbener dengan kapasitas pompa 213 ubin mesin.

Sementara di Kecamatan Petanahan, luas standing crop yang mengalami kekeringan mencapai 20 hektare pada umur tanaman 12 HST. Kejadian kekeringan ini, kata Edhy, baru pertama kali terjadi di Kecamatan Petanahan yang terkenal paling berpotensi dan subur. Dia menyebut, pada bulan Februari 2019 pada daerah dan blok yang terkena kekeringan tersebut terkena kebanjiran.

"Kekeringan tanaman padi pada Kecamatan Petanahan ini disebabkan oleh kondisi iklim dimana musim kemarau maju, masa tanam mundur," kata dia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement