Senin 17 Jun 2019 10:36 WIB

Pernyataan AS Picu Harga Minyak Naik di Perdagangan Asia

AS menjamin navigasi yang aman di Timur Tengah.

Kerusakan yang dialami kapal tanker minyak Kokuka Courageous di Teluk Oman dekat pantai Iran, Kamis (13/6).
Foto: U.S. Central Command via AP
Kerusakan yang dialami kapal tanker minyak Kokuka Courageous di Teluk Oman dekat pantai Iran, Kamis (13/6).

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Harga minyak naik di perdagangan Asia pada Senin (17/6) pagi. Kenaikan harga dipicuh Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan Washington akan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk menjamin navigasi yang aman di Timur Tengah. Ketegangan di Timur Tengah meningkat setelah adanya serangan terhadap kapal tanker minggu lalu.

Minyak mentah berjangka Brent naik 27 sen AS atau 0,4 persen menjadi diperdagangkan di 62,28 dolar AS per barel pada pukul 00.40 GMT (07.40 WIB). Minyak mentah yang menjadi acuan internasional ini naik 1,1 persen pada perdagangan Jumat (14/6).

Baca Juga

Sementara itu, minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) naik 18 sen AS atau 0,4 persen menjadi diperdagangkan di 52,69 dolar AS per barel. Minyak mentah WTI naik 0,4 persen di sesi perdagangan akhir pekan lalu.

Harga minyak telah melonjak sebanyak 4,5 persen pada Kamis (13/6) setelah serangan terhadap dua kapal tanker minyak di dekat Iran dan Selat Hormuz. Ini adalah kedua kalinya dalam sebulan kapal tanker diserang di zona terpenting dunia untuk pasokan minyak.

AS menyalahkan Iran atas serangan pada Kamis (13/6) mendorong bantahan dan kritik dari Teheran. "Kami tidak ingin perang. Kami telah melakukan apa yang kami bisa untuk mencegah hal ini," kata Pompeo dalam sebuah wawancara dengan Fox News Ahad (16/6).

Ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat telah meningkat. Ketegangan dipicu AS yang  menarik diri dari kesepakatan tahun lalu antara Iran dan kekuatan global yang bertujuan untuk mengekang ambisi nuklir Iran dengan imbalan keringanan sanksi-sanksi. Iran telah berulang kali memperingatkan akan memblokir Selat Hormuz jika tidak bisa menjual minyaknya karena sanksi-sanksi AS.

Hal lain yang juga mendukung harga minyak adalah komentar selama akhir pekan oleh menteri energi Saudi, Khalid al-Falih, bahwa OPEC mungkin akan bertemu pada pekan pertama Juli. Dia berharap akan mencapai kesepakatan tentang perpanjangan pembatasan produksi minyak.

"Kami berharap bahwa kami akan mencapai konsensus untuk memperpanjang perjanjian kami ketika kami bertemu dalam waktu dua minggu di Wina," kata Falih kepada wartawan saat menghadiri pertemuan menteri-menteri energi dan lingkungan G20 di Karuizawa, barat laut Tokyo.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) plus Rusia dan produsen lainnya, aliansi yang dikenal sebagai OPEC+, memiliki kesepakatan untuk memangkas produksi sebesar 1,2 juta barel per hari (bph) mulai 1 Januari. Pakta itu berakhir bulan ini dan kelompok tersebut akan bertemu pada pekan-pekan mendatang memutuskan langkah selanjutnya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement