REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Institut Pertanian Bogor (IPB) bersama Badan penelitian dan pengembangan pertanian (Balitbangtan) melakukan kerja sama mengenai pengembangan teknologi pertanian di era industri 4.0. Namun dalam pelakasanaanya kerja sama tersebut memiliki kendala dalam implementasi terkait para petani dengan pendidikan dan penguasaan pertaniannya.
Rektor IPB, Arif Satria, mengatakan para petani yang hingga kini mayoritas pendidikannya masih mengah ke bawah menjadi tantangan dalam pengembangan teknologi pertanian. Menurut dia, untuk mengatasi hal tersebut pihaknya beserta Balitbangtan harus menyediakan sociopreneur dan farm manager sebagai pendamping dalam menggunakan teknologi baru yang akan dikeluarkan.
“Karena para petani tidak mungkin dipaksa untuk menggunakan teknologi itu sendirian,” kata dia, setelah acara FGD di Balitbangtan, Selasa (28/5). Lebih lanjut dia mengatakan, pemanfaatan drone untuk pemantauan dan penyebaran pupuk merupakan beberapa dari perkembangan teknologi pertanian era 4.0 itu.
Dia menambahkan, pihaknya akan menawarkan sociopreneur dan farm manager tersebut sebagai pendamping untuk memfasilitasi kebutuhan bagi para petani. Menurut dia, perlu adanya transformasi dalam bentuk mindset dan teknologi untuk membuat penyebaran pertanian era industri 4.0 menyebar secara merata.
“Teknologi itu tidak harus dimiliki pribadi oleh petani, kan bisa difasilitasi oleh farm manager tadi. Dan sociopreneur itu menurut kita sebagai penyuluh bagi para petani,” kata dia.
Dia menambahkan, setelah semua berjalan, komersialisasi akan dilakukan karena kesejahteraan petani bergantung kepada hal tersebut. Menurut dia, invensi dan inovasi yang dilakukan IPB selama ini merupakan kelanjutan dari komersialisasi.
“IPB dan Kementan punya science technopark dan itu yang menjembatani para petani, pasar dan perkembangan teknologi,” ujar dia.