REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aksi kerusuhan yang terjadi pada 21 Mei hingga 22 Mei kemarin tak hanya berdampak pada perekonomian masyarakat sekitaran Tanah Abang dan Sarinah saja. PT Perusahaan Listrik Negara Distribusi Jakarta Raya (PLN Disjaya) mengaku kehilangan pendapatan hampir 30 persen karena aktivitas bisnis di seputaran Sarinah dan Tanah Abang berhenti.
General Manager PLN Disjaya, M Ikhsan Asaad menjelaskan menurunnya penjualan listrik dikarenakan kawasan perkantoran yang meliburkan karyawannya pada 21 Mei 2019 sampai 22 Mei 2019 membuat konsumsi listrik turun. "Bulan Mei ini ragu penjualan kita bisa tumbuh, satu hari kita nggak jualan ke bisnis ini karena libur," kata Ikhsan, Sabtu (25/5).
Ikhsan memperkirakan, penurunan konsumsi listrik selama dua hari tersebut sekitar 30 persen, penurunan tersebut akan berpengaruh pada pencapaian target penjualan listrik. Penurunan listrik juga terjadi pada April, akibat libur pelaksanaan pemilihan umum.
"Turun 30 persen dari tanggal 21 Mei, bisa turun dari 3,4 jadi 3 TWh. Saya bulan lalu pemilu April turun," ujarnya.
Hal ini kemudian kata Ikhsan juga berpengaruh secara general pada realisasi konsumsi listrik pada kuartal pertama. Dari Januari hingga Maret, kata Ikhsan pertumbuhan konsumsi listrik berada diangka 6 persen. Hanya saja, karena april pertumbuhan konsumsii listrik hanya 1 persen, maka rata rata pertumbuhan pada kuartal pertama tercatat hanya 4 persen.
PLN Disjaya akan mengejar penurunan penjualan pada periode berikutnya, dengan membuat program penambahan daya, diskon tarif penggunaan listrik di luar beban puncak oleh pelanggan industri, penyambungan pelanggan baru dan penyediaan pasokan listrik untuk pagelaran acara.
"Kita perbanyak marketing pelanggan baru, penambah listrik premium, kita penambahannya 18 ribu pelanggan perbulan, penambahan rata-rata di pinggiran. Proyek proyek kita gunakan power bank, konser-konser, acara-cara seperti PRJ itu saja yang buat nambah, kalau pelanggan baru kecil kecil," tandasnya.