Sabtu 18 May 2019 16:17 WIB

Petani Probolinggo Terapkan Budidaya Ramah Lingkungan

Penerapan budidaya ini tidak lepas dari bimbingan petugas POPT Kecamatan Sukapura.

Red: EH Ismail
Petani bawang putih di Krucil Probolinggo
Foto: Humas Kementan
Petani bawang putih di Krucil Probolinggo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian besar petani bawang putih di Kabupaten Probolinggo sudah menerapkan budidaya bawang putih ramah lingkungan. Budidaya ini menggunakan pupuk bokashi padat yang merupakan hasil fermentasi pupuk kompos dan pupuk kandang. 

Pembuatannya memanfaatkan mikroorganisme pengurai. Selain itu juga mengaplikasikan trichoderma pada waktu pengolahan tanah.

Kawasan bawang putih di Kabupaten Probolinggo tersebar di sekitar kaki Gunung Bromo. Di antaranya Kecamatan Sukapura, Krucil, Sumber dan Lumbang. Probolinggo merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Timur yang disiapkan sebagai sentra sekaligus penyangga benih bawang putih nasional untuk swasembada 2021. 

Lokasi pengembangan berada di daerah yang mempunyai ketinggian sekitar 1000 meter mdpl. Pada 2018, Kabupaten Probolinggo mendapatkan bantuan APBN untuk pengembangan kawasan bawang putih seluas 50 hektare. Terdapat dua varietas yang ditanam yaitu varietas Lumbu Hijau dan Lumbu Kuning. 

Terdapat satu gapoktan dan dua kelompok tani yang bekerja sama dengan perusahaan importir yaitu Gabungan Kelompok Tani Sejahtera, Kelompok Tani Mukti Jaya Eko dan Kelompok Tani Jaya Tani 4. Kelompok tani ini turut berkomitmen mewujudkan target swasembada bawang putih.

Pada 2019 bantuan APBN untuk pengembangan kawasan meningkat menjadi 100 hektare, tersebar di Kecamatan Sumber dan Kecamatan Sukapura. Bantuan tersebut menyasar ke 14 kelompok tani penerima bantuan sarana produksi. Diharapkan bantuan tersebut dapat mendorong petani dalam mewujudkan swasembada bawang putih 2021.

Buaman, Ketua Gabungan Kelompok Tani Sejahtera menyampaikan kelompoknya mendapat alokasi wajib tanam seluas 292,3 hektare di Desa Sapikerep Kecamatan Sukapura dengan varietas Great Black Leaf (GBL). 

"Bawang putih mulai ditanam November tahun lalu hingga Februari 2019 dan sudah mulai panen pada Maret sampai Juli ini. Produksi rata-rata 5-8 ton per hektare. Untuk harga bawang putih basah dijual dengan harga Rp 10 ribu per kg dan Rp 15 ribu per kg untuk kondisi agak kering," ujar Buaman.

Sebelum bekerja sama dengan importir, kelompok tani ini juga pernah mendapat bantuan untuk pengembangan benih bawang putih seluas 2 hektare pada 2017 dengan varietas Lumbu Hijau.

Organisme pengganggu tanaman

photo
Petani menanam bawang putih

Pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) dilakukan dengan menggunakan pestisida nabati (biopestisida). Seperti ekstrak daun sereh yang dapat mengendalikan aphid (hama perantara penyakit tanaman). 

Tekhnik menyerang dengan cara menghisap cairan tanaman dan menghasilkan gula yang menjadi media pertumbuhan penyakit karena virus atau cendawan dan thrip. OPT ini biasanya menyerang tanaman dengan cara menghisap cairan pada daun muda dan bunga. Gejala yang ditimbulkan terlihat pada permukaan bawah daun atau bunga. Selain itu juga mengaplikasikan ekstrak daun sirih dan jambe tua sebagai antibiotik. 

Penerapan budidaya ini tidak lepas dari bimbingan petugas POPT Kecamatan Sukapura. "Sejauh ini belum ditemukan adanya serangan OPT pada tanaman bawang putih yang sampai mengganggu terhadap penurunan produksi bawang putih," ujar Kasi Teknologi PHT Sayuran dan Tanaman Obat, Aneng Hermami.

Pada kesempatan tersebut Aneng menghimbau kepada Buaman dan anggota Gapoktan Sejahtera lainnya agar selain penerapan budidaya ramah lingkungan juga turut menerapkan sistem tumpang sari. Ini dilakukan agar petani tidak bergantung pada produksi bawang putih saja. 

Budidaya bawang putih ramah lingkungan perlu terus diterapkan dan dimasyarakatkan agar dapat diperoleh produk bawang putih yang aman konsumsi dan lingkungan juga tetap lestari. Oleh karena itu, secara terpisah Direktur Perlindungan Hortikultura, Sri Wijayanti Yusuf menyampaikan perlunya sinergi antar lingkup Kementerian Pertanian.

"Saya harap UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura dan Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit/Laboratorium Agens Hayati dapat terus mengawal penerapan budidaya bawang putih ramah lingkungan di lapangan, serta menyediakan agens hayati dan pestisida nabati sebagai bahan pengendali yang diperlukan pada penerapan budidaya ramah lingkungan," ujar Yanti.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement