Rabu 15 May 2019 17:27 WIB

Petani Indramayu Kesulitan Jual Gabah

Harga gabah di tingkat petani semakin turun.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Nur Aini
Seorang petani di Desa Cempeh, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu sedang menjemur gabah yang baru dipanennya, Rabu (4/4). Panasnya cuaca memudahkan mereka menjemur gabah sehingga berani menjual dengan harga lebih tinggi.
Foto: Republika/Lilis Sri Handayani
Seorang petani di Desa Cempeh, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu sedang menjemur gabah yang baru dipanennya, Rabu (4/4). Panasnya cuaca memudahkan mereka menjemur gabah sehingga berani menjual dengan harga lebih tinggi.

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Harga gabah di tingkat petani di Kabupaten Indramayu semakin turun. Meski demikian, petani kesulitan menjual gabah milik mereka.

Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Sutatang, menyebutkan, harga gabah kering giling (GKG) sepekan lalu di tingkat petani masih di kisaran Rp 4.800 per kg. Namun saat ini, harga GKG hanya berkisar antara Rp 4.300 – Rp 4.700 per kg, tergantung kualitasnya.

Baca Juga

‘’Penurunan harganya lumayan agak jauh,’’ ujar Sutatang, Rabu (15/5).

Sutatang menilai, penurunan harga gabah itu diperkirakan terjadi karena saat ini masih berlangsung panen raya. Dengan demikian, stok gabah di tingkat petani masih berlimpah. Bahkan, di setiap pabrik penggilingan padi, gabah terlihat menumpuk.

Sutatang mengungkapkan, meski harga gabah turun, namun petani kesulitan menjual gabah milik mereka. Para tengkulak yang biasanya membeli gabah petani, kebanyakan berdalih tidak memiliki uang. Pasalnya, para tengulak sebelumnya sudah membeli banyak gabah petani.

Akhirnya, ada juga tengkulak yang membeli gabah petani dengan cara berutang. Gabah milik petani dibawa terlebih dulu oleh tengkulak, sedangkan pembayarannya di kemudian hari.

‘’Bayar sih bayar, tapi molor alias utang dulu,’’ kata Sutatang.

Sutatang menambahkan, turunnya harga gabah dan sulitnya menjual gabah membuat petani  saat ini mengalami kesulitan. Pasalnya, para petani sangat membutuhkan uang untuk biaya musim tanam gadu 2019.

‘’Jadi walau harga gabah turun, petani pasti menjual gabahnya karena mereka butuh biaya untuk mengolah lahan,’’ kata Sutatang.

Salah seorang petani di Kecamatan Kandanghaur, Waryono, menambahkan, para petani di daerahnya bahkan sudah langsung menjual gabahnya sesaat setelah panen sekitar sebulan yang lalu. Saat itu, harga gabah kering panen (GKP) bahkan hanya mencapai Rp 3.800 per kg.

‘’Petani langsung jual karena butuh uang untuk biaya hidup dan biaya musim tanam gadu 2019,’’ ttutur Waryono.

Waryono menyatakan, harga gabah tersebut sangat murah dan tidak sesuai dengan biaya dan pengorbanan petani. Meski biaya untuk musim tanam gadu bisa tertutupi, namun mereka harus berhemat untuk biaya hidup.

Waryono berharap, pemerintah bisa benar-benar melindungi nasib petani dengan menjaga agar harga gabah tidak jatuh. Apalagi, biaya pengolahan lahan dan tanam sekarang ini semakin besar. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement