REPUBLIKA.CO.ID, HOUSTON -- Harga-harga minyak sebagian besar relatif stabil pada penutupan perdagangan Jumat atau Sabtu (11/5) pagi WIB. Harga minyak akhir pekan ini sedikit lebih rendah.
Penurunan harga minyak disebabkan ketegangan perdagangan yang dipicu oleh langkah Amerika Serikat (AS) untuk menaikkan tarif barang-barang Cina. Selain itu harga minyak dibayangi pengetatan pasokan global dan ekspektasi kenaikan permintaan pengilangan AS.
Patokan global, minyak mentah Brent untuk pengiriman Juli naik tipis 0,23 dolar AS atau 0,4 persen menjadi ditutup pada 70,62 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Namun, harga ini turun 0,3 persen dalam sepekan.
Patokan AS, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni, turun 0,04 dolar AS menjadi menetap pada 61,66 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, dengan penurunan mingguan sebesar 0,5 persen.
Setelah pekan yang bergejolak, investor khawatir tentang kemungkinan perang perdagangan Amerika Serikat - Cina yang berlarut-larut, meskipun ada upaya-upaya menit terakhir untuk menyelamatkan kesepakatan.
Presiden AS Donald Trump pada Jumat (10/5) mengatakan dia tidak terburu-buru untuk menandatangani kesepakatan perdagangan dengan Cina ketika AS memberlakukan tarif baru untuk barang-barang Cina.
Ketegangan perdagangan yang meningkat antara dua konsumen minyak terbesar dunia itu dapat mempengaruhi permintaan minyak. Data dari Badan Energi Internasional (IEA) menunjukkan Amerika Serikat dan China bersama-sama menyumbang 34 persen dari konsumsi minyak global pada kuartal pertama 2019.
"Minyak mentah memiliki potensi lebih besar untuk naik," kata Kepala Analis Minyak di Oil Price Information Service, Tom Kloza. "Dengan dimulainya pengilangan Teluk, permintaan akan secara signifikan di atas pasokan untuk sekitar 100 hari ke depan."
Investor juga fokus pada pengetatan pasokan menyusul pengurangan produksi yang dipimpin OPEC sejak awal tahun. Investor percaya Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu produsennya akan memperpanjang perjanjian pengurangan produksi enam bulan dalam beberapa minggu mendatang.
"Kami menunggu untuk melihat apakah Saudi memberi sinyal perpanjangan pengurangan produksi mereka, dalam beberapa pekan mendatang," kata Wakil Presiden Riset Pasar Tradition Energy, Gene McGillian, di Stamford, Connecticut.
Pasar telah didukung lebih jauh oleh tawaran AS untuk memangkas ekspor minyak Iran menjadi nol. Amerika Serikat menerapkan kembali sanksi terhadap Iran pada November, setelah menarik diri dari perjanjian nuklir 2015.