Kamis 09 May 2019 13:29 WIB

Perusahaan Aero Teknologi Ini Dapat Investasi 21 Juta Dolar

Kelancaran komunikasi adalah sebuah kebutuhan termasuk dalam penerbangan pesawat.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Direktur Mahata Aero Teknologi, Thomas Widodo
Foto: Foto: Istimewa
Direktur Mahata Aero Teknologi, Thomas Widodo

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Mahata sebuah perusahaan yang didirikan pada 3 November 2017 dengan modal tidak lebih dari Rp 10 miliar, kini banyak dilirik oleh investor. Mahata, telah menandatangani kerja sama dengan Garuda Indonesia, flag carrier Indonesia. Dengan menandatangani kerja sama dengan Garuda, Mahata mencatatkan utang sebesar 239 juta dolar Amerika. 

Menurut Direktur Mahata Aero Teknologi Thomas Widodo, kepercayaan diri Mahata bukan semata atas hitung-hitungan di atas kertas semata. Karena, masih ada beberapa mother vessel yang siap men-support Mahata. Salah satunya dari Uni Emirat Arab yang siap mengucurkan dana sebesar 21 juta dolar Amerika pada tahun pertama, 2019. Dana itu, akan dialokasikan untuk pengadaan infrastruktur digital di 10 pesawat Citilink.

Thomas mengatakan, pihaknya harus meyakinkan publik bahwa ini bisnis yang make sense dengan cara harus membuktikannya. "Karena di belakang  ada beberapa investor besar, tapi kita gak bisa sebutkan. Seberapa yakin kita bisa make money? Cuma satu cara, prove it. Kita percaya ini bisa, walaupun kendalanya banyak,” ujar Thomas dalam siaran persnya, Kamis (9/5).

Thomas menjelaskan, Mahata berani mengambil peluang itu dengan konsekuensi utang sebesar 239 juta dolar kepada Garuda dalam periode 15 tahun ke depan. Sebab, dalam hitung-hitungan konservatif Mahata, model bisnis ini dalam 15 tahun ke depan akan menghasilkan pendapatan tidak kurang dari 1,5 miliar dolar Amerika.

“Dari perhitungan konservatif, kami sebetulnya cukup pede dengan angka yang di Laporan Keuangan Garuda (2018), dengan konsep-konsep yang sudah kita perhitungkan, tentu saja. Secara pembukuan accounting juga sudah diperkenankan,” katanya.

Di era digital, kata dia, kelancaran komunikasi adalah sebuah kebutuhan, termasuk dalam penerbangan pesawat. Saat ini komunikasi itu tidak ada, kecuali harus membayar mahal. 

Selama ini, kata dia, Garuda mencoba meng-entertain penumpang dengan menyediakan interconectivity, entertainment system dalam penerbangan. "Tapi Garuda harus keluar uang untuk memasang infrastruktur di pesawat, membayar ke provider koneksi internet, dan membeli konten tayangan," katanya. 

Melalui kerja sama dengan Mahata, kata dia, semua biaya investasi yang harusnya dikeluarkan ke Garuda diambilalih Mahata, bahkan menghasilkan pendapatan baru bagi Garuda.

“Dari situ kita melihat satu peluang, dan ini sesuatu yang belum digarap. Inilah kenapa ide itu muncul. Ketika ide itu dikemukakan, orang-orang dari kalangan tradisional advertiser, entertainment, movie, kita dibilang gila," katanya. 

Hal itu, kata dia, sama seperti Gojek pertama kali diluncurkan dan mengubah tatanan apa yang lazimnya terjadi. Jadi ini soal cara pandang, approach. "Bahkan beberapa perusahaan di luar negeri kagum dengan konsep ini, mereka ingin bergabung dengan Mahata,” kata Thomas. 

Di Eropa, kata dia, model bisnis ini sudah diterapkan dalam kerja sama antara IMMFLY dengan beberapa maskapai penerbangan Eropa. Begitu juga di Amerika Serikat, dilakukan oleh Hulu (anak perusahaan Amazon) dengan maskapai Jetblue. 

Sekarang, kata dia, Mahata juga sudah bekerja sama dengan perusahaan penyedia konektivitas internet berbasis satelit, Inmarsat. Sedangkan untuk pemasangan infrastruktur dan pengoperasian integrated digital system di pesawat, Mahata menggandeng Lufthansa Technology dan Lufthansa System. 

“Kami telah melakukan pemasangan system di sebuah pesawat Citilink pada Desember 2018, dan sudah diujicobakan pada penerbangan joy flight pada 16 Januari lalu, dan sukses,” kata Thomas. 

Di tahun pertama, kata dia, Mahata menargetkan pemasangan system di 10 pesawat Citilink. Sementara untuk seluruh pesawat Garuda, Citilink, dan Sriwijaya, secara teknis akan rampung pada tahun 2020. Namun hal itu disesuaikan dengan service buletin yang dikeluarkan oleh pabrikan pesawat (Boeing dan Airbus). Langkah itu dilakukan supaya tidak mengganggu jadwal penerbangan tiap pesawat di Garuda Group. 

Thomas menjelaskan, pemasangan infrastruktur koneksi internet dan penunjangnya di pesawat akan dilakukan saat pesawat menjalani maintenance. Dengan demikian, pihaknya akan disiplin dalam waktu pemasangan yang sudah di targetkan.

Staf Marketing Mahata Group Rosinsko mengatakan, terkait pemasangan iklan di inflight digital services dalam penerbangan pesawat-pesawat Garuda Group, hingga kini sudah ada beberapa perusahaan yang sudah menyatakan berminat untuk beriklan. Dalam hal ini, Garuda masih memiliki peluang untuk meraih pendapatan tambahan melalui sharing revenue.

“Kami optimistis, model bisnis ini akan menguntungkan dan menjadi trend dalam industri penerbangan di masa depan," katanya.

Jadi, kata dia, melalui kerja sama antara Mahata dengan Garuda, ada tiga poin yang bisa dicatat. Pertama, Mahata mengambilalih cost dari Garuda. Kedua, Garuda mendapat income tambahan dari pembayaran dari Mahata. Ketiga, dari segi konsep penerbangan ber-Wifi yang sudah semakin umum, akan meningkatkan load factor penerbangan Garuda. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement