Kamis 09 May 2019 10:35 WIB

Trump Pertahankan Tarif, Beijing Siapkan 'Pembalasan'

Penerapan kenaikan tarif untuk barang Cina dimulai Jumat (10/5).

Wakil Perdana Menteri Cina Liu He berjabat tangan dengan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin usai pertemuan di Beihing pada 29 Maret 2019. Amerika Serikat dan Cina sepakat akan mendirikan kantor penegakan hukum yang akan menangani masalah perdagangan.
Foto: Nicolas Asfouri/Pool Photo via AP
Wakil Perdana Menteri Cina Liu He berjabat tangan dengan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin usai pertemuan di Beihing pada 29 Maret 2019. Amerika Serikat dan Cina sepakat akan mendirikan kantor penegakan hukum yang akan menangani masalah perdagangan.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden AS Donald Trump mengatakan pada Rabu (8/5) bahwa ia akan dengan senang hati mempertahankan tarif impor Cina. Hal ini dilakukan ketika kedua negara mempersiapkan pembicaraan baru untuk mencoba menyelamatkan kesepakatan perdagangan yang goyah di tengah peningkatan tajam bea masuk AS.

Kantor Perwakilan Dagang AS mengumumkan bahwa tarif barang-barang Cina senilai 200 miliar dolar AS akan meningkat menjadi 25 persen dari 10 persen. Peningkatan tarif akan dimulai pada Jumat (10/5) pukul 00.01 waktu setempat (04.01) GMT, tepat di tengah dua hari pertemuan antara Wakil Perdana Menteri Cina Liu He dan pejabat perdagangan utama Trump di Washington.

Baca Juga

Beijing mengumumkan akan membalasnya jika tarif naik. "Pihak Cina sangat menyesalkan jika langkah-langkah tarif AS diterapkan, Cina akan mengambil tindakan balasan yang diperlukan," kata Kementerian Perdagangan Cina di situs web-nya, tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Dua ekonomi terbesar di dunia itu terlibat dalam perang tarif yang ketat sejak Juli 2018. AS menuntut bahwa kekuatan Asia itu harus mengadopsi perubahan kebijakan yang, antara lain, akan lebih melindungi kekayaan intelektual Amerika dan membuat pasar Cina lebih mudah diakses oleh perusahaan-perusahaan AS.

Ekspektasi bergerak lebih tinggi baru-baru ini bahwa kesepakatan bisa dicapai. Akan tetapi, keretakan mendalam atas bahasa perjanjian yang diusulkan menjadi hambatan akhir pekan lalu.

Reuters, mengutip sumber-sumber pemerintah dan sektor swasta AS, melaporkan pada Rabu (8/5) bahwa Cina telah mundur pada hampir semua aspek dari rancangan perjanjian perdagangan. Cina juga mengancam akan menggagalkan negosiasi.

Trump, yang telah memeluk sebagian besar kebijakan proteksionis sebagai bagian dari agendanya 'America First', memperingatkan Cina pada Rabu (8/5) bahwa keliru jika berharap untuk menunda kesepakatan perdagangan sampai seorang Demokrat mengendalikan Gedung Putih. "Alasan mundurnya Cina dan upaya negosiasi ulang dari Kesepakatan Perdagangan adalah harapan tulus bahwa mereka akan dapat bernegosiasi dengan Joe Biden atau salah satu Demokrat yang sangat lemah," cicit Trump di akun Twitter miliknya, Rabu.

Sebagai tanggapan, wakil manajer kampanye Biden, Kate Bedingfield di Twitter mengkritik Trump. Ia mengatakan petani AS, pemilik usaha kecil, dan konsumen adalah yang terkena dampak dari pertarungan tarif.

Sekretaris Pers Gedung Putih Sarah Sanders secara terpisah mengatakan pemerintahan Trump telah menerima indikasi bahwa Cina menginginkan kesepakatan.

Amerika Serikat menuntut Beijing melakukan perubahan besar pada praktik perdagangan dan peraturannya. Perubahan ini termasuk melindungi kekayaan intelektual AS dari pencurian dan pemindahan paksa ke perusahaan-perusahaan Cina, membatasi subsidi pemerintah Cina dan meningkatkan akses Amerika ke pasar-pasar Cina.

Trump juga telah mencari kenaikan besar dalam pembelian pertanian, energi, dan produk manufaktur AS di AS untuk mengecilkan defisit perdagangan AS yang menganga dengan Cina. Sumber yang mengetahui pembicaraan mengatakan tuntutan terbaru Cina untuk perubahan pada dokumen setebal 150 halaman yang telah dirancang selama beberapa bulan akan menyulitkan untuk menghindari kenaikan tarif AS pada Jumat. Peningkatan itu akan mempengaruhi impor Cina mulai dari modem komputer dan router hingga penyedot debu, furnitur, lampu penerangan dan bahan bangunan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement