REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, konsumsi rumah tangga masih menjadi sumber pertumbuhan ekonomi tertinggi pada kuartal pertama, yakni hingga 2,75 persen. Sementara itu, faktor terbesar berikutnya adalah pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTB) dengan nilai 1,65 persen dan pengeluaran konsumsi pemerintah yang berkontribusi 0,30 persen.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, pertumbuhan pada tiga sumber pertumbuhan ekonomi tersebut masih positif secara tahunan (year on year/ yoy). Konsumsi rumah tangga pada kuartal pertama tahun ini tercatat mencapai 5,01 persen. "Angka tersebut lebih bagus dibandingkan periode yang sama tahun lalu dan 2017, yakni 4,94 persen," katanya saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Senin (6/5).
Salah satu indikatornya adalah penjualan eceran tumbuh 8,10 persen, menguat dibanding kuartal pertama tahun lalu yang tumbuh 0,70 persen. Penguatan antara lain terjadi pada penjualan makanan dan minuman, perlengkapan rumah tangga dan barang lainnya.
Indikator lain dari pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang positif adalah adalah nilai transaksi elektronik, kartu debit dan kartu kredit yang tumbuh 14,56 persen. Angka tersebut menguat dibandingkan kuartal pertama tahun lalu yang tumbuh 12,14 persen. "Ini menunjukkan daya beli masyarakat masih bagus," ucap Suhariyanto.
Dari beberapa komponen di konsumsi rumah tangga, setidaknya ada tiga komponen yang mengalami perlambatan terhadap pertumbuhan. Salah satu di antaranya adalah transportasi dan komunikasi yang pada kuartal pertama tumbuh 4,91 persen, sedangkan periode sama pada tahun lalu mencapai 6,14 persen.
Komponen restoran dan hotel juga mengalami kondisi serupa. Pada kuartal pertama tahun ini, pertumbuhannya adalah 5,42 persen, melambat dibandingkan tahun lalu yang mencapai 5,85 persen. Suhariyanto menilai, penyebabnya adalah harga tiket pesawat yang mengalami kenaikan selama beberapa waktu terakhir.
Suhariyanto menambahkan, tarif tiket pesawat diketahui telah memberikan sejumlah dampak. Di antaranya tingkat hunian kamar yang menurun sekali, bahkan dibandingkan posisi 2017. Selain itu, tiket pesawat memberikan andil 0,03 persen terhadap inflasi bulan Maret yang mencapai 0,11 persen.
Berbeda dengan konsumsi rumah tangga yang tumbuh, PMTB justru melambat. Pada kuartal pertama ini, pertumbuhannya 5,03 persen, turun signifikan dibanding dengan periode yang sama pada tahun lalu, yakni 7,94 persen.
Suhariyanto mengatakan, faktor penyebabnya terletak pada kontraksi kendaraan dan peralatan lainnya yang masing-masing memiliki pertumbuhan minus 7,37 dan 6,76 persen secara yoy. Komponen mesin dan perlengkapan juga mengalami perlambatan pertumbuhan, dari 12,28 persen pada kuartal pertama 2018 menjadi 8,40 persen pada kuartal ini.
Sementara itu, pertumbuhan konsumsi pemerintah mengalami penguatan yang mencapai 5,21 persen atau membaik dibandingkan kuartal pertama 2018 (2,17 persen) Hal ini didukung oleh kenaikan realisasi belanja barang dan jasa serta belanja pegawai (APBN). "Ada juga kenaikan bansos tunai," ucap Suhariyanto.
Berbeda dengan tiga komponen sebelumnya, ekspor dan impor justru mengalami kontraksi. Total ekspor menunjukkan kontraksi 2,08 persen, sementara impor 7,75 persen. Penurunan terjadi pada ekspor dan impor barang maupun jasa.
Dari enam komponen yang ada, konsumsi lembaga non profit rumah tangga (LNPRT) menunjukkan pertumbuhan paling tinggi, yakni hingga 16,93 persen. Menurut Suhariyanto, pemicu pertumbuhan ini adalah aktivitas kampanye pemilu seperti penyebaran bahan dan alat peraga kampanye, debat pasangan capres dan cawapres. "Aktivitas partai politik dan organisasi berksala nasional juga berkontribusi," ujarnya.