Kamis 02 May 2019 21:17 WIB

Jonan: Tak Boleh Lagi Ada Perasaan Freeport Milik Asing

Jonan meminta putra-putri Indonesia belajar serius cara pengelolaan tambang.

Menteri ESDM Ignasius Jonan.
Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Menteri ESDM Ignasius Jonan.

REPUBLIKA.CO.ID, TIMIKA -- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignatius Jonan menegaskan, kepemilikan mayoritas saham PT Freeport Indonesia kini sudah dikuasai oleh Pemerintah Indonesia. Oleh karena itu, tidak tepat jika masih ada anggapan bahwa perusahaan tambang tembaga, emas dan perak yang beroperasi di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua itu merupakan milik asing.

"Tidak boleh ada lagi perasaan bahwa PT Freeport ini milik asing. Memang masih ada 49 persen saham milik Freeport Mc Moran, tapi 51,2 persen saham PT Freeport Indonesia telah beralih kepada negara Indonesia yang diwakili oleh PT Inalum (Persero), Pemprov Papua dan Pemkab Mimika," kata Menteri Jonan di Timika, Kamis (2/5).

Baca Juga

Menteri ESDM Ignatius Jonan yang didampingi sejumlah pejabat utama Kementerian ESDM melakukan kunjungan kerja selama dua hari di Timika. Pada Kamis siang, Menteri Jonan meresmikan sejumlah fasilitas program pemberdayaan masyarakat lokal Suku Amungme dan Kamoro yang dibangun dengan dana kemitraan PT Freeport Indonesia oleh Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) bertempat di Sekolah Berpola Asrama Taruna Papua SP4, Timika.

Sebelum meresmikan sejumlah fasilitas tersebut, Menteri Jonan melakukan pemantauan dari udara menggunakan helikopter kawasan pengendapan pasir sisa tambang atau tailing PT Freeport Indonesia di kawasan dataran rendah Mimika, di sisi utara Kota Timika.

Menteri Jonan secara khusus meminta putra-putri Indonesia, terutama asli Papua untuk belajar sungguh-sungguh cara mengelola pertambangan yang kompleks dan rumit seperti tambang Freeport dalam 20 tahun masa Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) hingga 2041.

"Bagaimana caranya putra-putri bangsa, terutama yang saya harapkan betul putra-putri Papua untuk ikut belajar bagaimana mengelola pertambangan yang sedemikian hebat, kompleks dan sangat rumit ini," ujarnya. 

Jonan menambahkan, tambang  PT Freeport, termasuk pertambangan bawah tanah merupakan yang paling kompleks di dunia. Waktu 20 tahun ke depan ini hendaknya dipakai sungguh-sungguh untuk belajar agar pertambangan ini setelah 2041 mudah-mudahan dikelola sepenuhnya oleh bangsa Indonesia.

Mantan Menteri Perhubungan itu menilai putra-putri Indonesia memiliki kemampuan penguasaan teknologi dan skil di bidang pengelolaan pertambangan sekelas pertambangan Freeport di Papua.

Namun hal itu dibutuhkan disiplin yang konsisten untuk menjaga keselamatan dan keamanan kerja hingga tidak ada lagi kasus kecelakaan kerja (zero incident).

"Ini yang paling berat bagaimana kita harus belajar secara disiplin dan konsisten mengingat operasi pertambangan ini berjalan terus-menerus setiap menit, jam, hari, bulan dan tahun," kata Menteri Jonan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement