Jumat 26 Apr 2019 15:04 WIB

Jelang Ramadhan, Bawang Putih di Pasaran Mulai Langka

Pedagang tak merasakan bawang hasil operasi pasar pemerintah.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Friska Yolanda
Stok bawang putih rusak milik pedagang di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, Jumat (26/4). Tren kenaikan harga bawang putih yang masih berlangsung, menyulitkan pedagang menjual sisa stok yang dimiliki. Imas
Foto: Republika/Imas Damayanti
Stok bawang putih rusak milik pedagang di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, Jumat (26/4). Tren kenaikan harga bawang putih yang masih berlangsung, menyulitkan pedagang menjual sisa stok yang dimiliki. Imas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jelang Ramadhan, ketersediaan bawang putih di pasaran mulai langka. Di sisi lain, harga bawang putih di tingkat bandar masih bertahan di harga tinggi dengan rata-rata Rp 42 ribu-Rp 43 ribu per kilogram (kg). 

Diketahui, tren kenaikan harga bawang putih sudah berlangsung sejak sebulan terakhir. Berdasarkan penelusuran Republika.co.id, di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, Jumat (26/4), sejumlah pedagang mengeluhkan minimnya pasokan bawang putih dari distributor jelang Ramadhan ini. Salah satu pedagang, Haryati (33), mengaku kesulitan membeli bawang putih jenis banci maupun kating.

Baca Juga

“Kalau bawang putih banci, stoknya di bandar sudah nggak ada sama sekali. Yang (bawang putih) kating masih ada, tapi sedikit dan juga harganya mahal,” kata Haryati kepada Republika.co.id, Jumat (26/4).

Menurut pengakuan Haryati, selama sebulan terakhir pedagang belum merasakan penurunan harga bawang putih sama sekali. Meskipun, kata dia, pemerintah kerap menggelar operasi pasar (OP) hal itu tak berdampak apapun ke pedagang-pedagang. Dia menjabarkan saat ini pihaknya menjual bawang putih dengan harga yang cukup tinggi.

Untuk bawang putih jenis banci, Haryati membanderol harga sebesar Rp 48 ribu per kg, sedangkan untuk bawang putih kating dibanderol sebesar Rp 55 ribu-Rp 56 ribu per kg. Kendati begitu, sejak sepekan terakhir dia tidak berani menyetok bawang putih jenis kating sebab harganya yang cukup tinggi.

“Kalau saya beli itu (bawang putih kating), saya bingung banderol harga jualnya. Rawan nggak laku,” kata dia. Untuk itu dia hanya mengandalkan stok bawang putih banci dari sisa dagangannya sejak dua hari lalu.

Pedagang lainnya, Ian (58), justru mengaku kecewa kepada pemerintah lantaran OP yang kerap digelar pemerintah dengan janji akan menstabilisasi harga justru tak pernah dirasakan oleh mayoritas pedagang bawang putih di Pasar Induk Kramat Jati. Menurutnya, selain kebijakan tersebut tidak merangkul para pedagang yang ada, pedagang juga kerap kesulitan dengan kepastian pasokan di bandar sehingga bawang putih menjadi langka jelang Ramadhan. Di sisi lain, tren kenaikan harga bawang putih yang terus berlangsung membuat daya beli pengecer semakin rendah.

“Empat hari lalu saya beli bawang putih di bandar, nggak laku karena harga tinggi. Akhirnya barang jadi rusak dan menumpuk menyusut,” kata dia.

Pedagang lainnya, Parasian (30), mengaku hampir kehabisan stok di kiosnya sebab tidak berani membeli stok bawang putih yang harganya masih tinggi. Menurut dia, selain harganya yang tinggi, kualitas bawang putih yang ada di bandar sangat jelek. Dia juga meminta kepada pemerintah untuk melaksanakan OP dengan cara yang adil.

Alasannya, selain OP tersebut hanya dinikmati segelintir kalangan saja, pedagang juga kerap mengalami kerugian beberapa kali karena adanya persaingan harga. “OP itu bikin rusak harga. Kalau misalnya ada OP, tolonglah distribusinya yang adil dan bagus, jadi biar pedagang semuanya kebagian,” kata dia.

Berdasarkan catatan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, harga  bawang putih sedang berada di kisaran Rp 60 ribu-Rp 61.250 per kg di tingkat pengecer atau pedagang akhir. Di Pasar Kramat Jati, harga bawang putih terpantau Rp 60 ribu per kg sedangkan di Pasar Jatinegara harga bawang putih menyentuh Rp 62 ribu per kg. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement