Jumat 26 Apr 2019 15:02 WIB

Kembangkan Ekonomi Syariah, Pemerintah Bidik Kaum Milenial

Potensi muslim global mencapai 1,8 miliar jiwa pada 2017

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Nidia Zuraya
Ekonomi syariah (ilustrasi)
Foto: aamslametrusydiana.blogspot.com
Ekonomi syariah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemerintah berkomitmen mengembangkan ekonomi syariah di Indonesia. Indonesia ingin menjadi negara basis industri halal di dunia.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan pemerintah terus mendorong berkembangnya ekonomi syariah di Indonesia. Salah satu langkahnya adalah dengan membidik para milenial agar berpartisipasi dalam pengembangan ekonomi syariah ini.

Baca Juga

"Kita menyadari dari segi nilai transaksi itu tinggi dari jasa wisata atau produk halal atau makanan, tetapi kita harus menyadari posisi Indonesia belum jadi produsen utama, kita masih lebih pada konsumen. Kita ingin memperkuat kemandirian ekonomi Indonesia termasuk dalam ekonomi syariah," kata Bambang dalam gelaran acara Indonesia Islamic Economy Festival (IIEFest) di Trans Luxury Hotel, Kota Bandung, Jumat (26/4).

Bambang menuturkan potensi muslim global mencapai 1,8 miliar jiwa pada 2017. Hampir dua pertiganya merupakan generasi dengan usia di bawah 30 tahun. Ini menjadi potensi besar di seluruh dunia untuk bisa mengembangkan perekonomian.

Indonesia, kata dia, menjadi negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia. Penduduknya pun mayoritas berada di usia produktif termasuk generasi milenial didalamnya. Karenanya jika potensi ini didorong untuk terjun dalam ekonomi syariah maka Indonesia bisa menjadi negara basis industri halal.

"Mendorong itu penting karena kita ingin mengenalkan namanya halal lifestyle  atau eknomi syariah kepada kalangan milenial. Kita yakin milenial ini ingin melakukan ekonomi saat ini dan masa depan dengan ekonomi etika yang sangat cocok dengan ekonomi syariah," tuturnya.

Ia pun mendorong generasi milenial menjadi pelaku ekonomi syariah. Misalnya dengan menjadi pengusaha atau entrepreneur yang membidik sektor-sektor industri halal mulai dari fashion muslim, makanan, hingga jasa.

Menurutnya berdasarkan data Global Islamic Economy Indicator (GIEI), Indonesia berada di peringkat 10 sebagai konsumen industri halal. Pangsa pasar yang besar ini harus bisa dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia menjadi produsennya.

Data The State of the Global Islamic Economy Report 2018-2019 menunjukkan besaran pengeluaran makanan dan gaya hidup halal dunia di 2017 mencapai 2,1 triliun dolar AS dan diperkirakan akan terus tumbuh mencapai 3 triliun dolar AS pada 2023.

Faktor utama pertumbuhan tersebut adalah peningkatan jumlah penduduk Muslim dunia yang mencapai 1,84 miliar jiwa di 2017 dan akan terus meningkat hingga 27,5 persen dari total populasi dunia di 2023. Peningkatan ini berdampak pada permintaan produk dan jasa halal yang terdiri dari makanan halal, pariwisata halal, fesyen muslim, rekreasi dan halal travel, serta farmasi dan kosmetik halal.

"Pikiran inisiatif maupun ide kreatif dari bangsa Indonesia untuk mengembangkan industri halal ini kita harao harap datang bukan dari generasi saya tapi datang dari generasi milenial muda yang masih punya pemikiran kreatif mengenai masa depan," ujar pria yang juga Sekretaris Dewan Pengarah Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) ini.

Saat ini, bagi sebagian besar kaum muslim milenial, mengonsumsi produk halal bukan sekadar sebuah kewajiban agama, melainkan sudah menjadi sebuah gaya hidup kekinian. Apalagi, gaya hidup tersebut banyak dipopulerkan kalangan influencer melalui kampanye hijrah.

“Masa depan gaya hidup halal di kalangan milenial Indonesia terdapat paling tidak pada sektor perjalanan dan wisata halal, sektor busana muslim, serta sektor media dan rekreasi. Secara agregat, pengeluaran terhadap sektor ekonomi syariah di Indonesia pada 2017 sebesar 218,8 miliar dolar AS,” tuturnya.

Ia meyakinkan bahwa pemerintah Indonesia akan mendorong pengembangan ekonomi syaroah dengan beberapa langkah kongkrit. Mulai dari sertifikasi halal, meningkatkan kompetensi sumber daya manusia, memastikan infrastruktur, dukungan teknologi informasi dan regulasi yang bertaraf internasional, membangun jaringan platform, memperkuat integrasi paket wisata, meningkatkan kesadaran dan kecintaan terhadap produk halal, melindungi hak cipta, dan menginisiasi inovasi produk berorientasi ekspor. Sehingga bisa mendapat pengakuan internasional terhadap konten lokal keislaman Indonesia.

Direktur Eksekutif KNKS Ventje Rahardjo menuturkan IIEFest 2019 bertujuan untuk memperkenalkan industri halal kepada masyarakat sekaligus meningkatkan kesadaran untuk menjalankan gaya hidup halal dan potensi manfaatnya terhadap perekonomian Indonesia. Kegiatan ini terdiri dari bincang-bincang industri digital halal, pariwisata halal, Islamic edutainment, moslem modest fashion, dan pameran industri halal yang diramaikan pelaku industri, regulator, start-up milenial, UMKM, dan masyarakat umum.

Ia menyebutkan KNKS juga akan meluncurkan masterplan ekonomi syariah 2019-2024. Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia (MEKSI) 2019-2024 akan menjadi jawabab tantangan sekaligus menjadi peta jalan pengembangan ekonomi syariah di Indonesia sehingga dapat mendukung pengembangan ekonomi nasional.

"Tantangan terbesar dari semua inisiatif pengembangan ekonomi syariah ini terus menyatukan menggabungkan menuju semua elemen ke titik yg sama. Ini yang perlu waktu sehingga bida menyelaraskan tantangannya menjadikan ini gerakan nasional bersama," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement