REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri otomotif Indonesia berpeluang melakukan ekspor ke Australia, khususnya bagi kendaraan berpenggerak listrik atau electric vehicle (EV).
Hal itu sebagai tindaklanjut dari Kemitraan Ekonomi Komprehensif atau Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) yang disepakati pemerintah Indonesia dan Australia.
Saat ini, kesepakatan itu masih menunggu ratifikasi parlemen kedua negara. Apabila telah disahkan maka ekspor kendaraan EV akan menjadi prioritas bagi Australia. " Ini peluang besar bagi EV nasional, bukan hanya di dalam negeri tapi pasar Australia yang besarnya sekitar 1 juta kendaraan pertahun," kata Menperin, Airlangga Hartarto setelah meresmikan Indonesia International Motor Show (IIMS), Rabu (25/4).
Pemerintah juga akan menyiapkan kebijakan tentang kendaraan Low Carbon Emission Vehicle (LCEV), namun yang diutamakan yang berbasis listrik. Sehingga kendaraan yang berpenggerak listrik akan memperoleh fasilitas keringanan pajak penjualan barang mewah (PPnBM) yang terendah. Apabila emisi tinggi, makan kendaraan akan memperoleh PPnBM tinggi.
Menurut Airlangga pameran otomotif IIMS sudah dilakukan secara konsisten dalam 11 tahun terakhir. Kegiatan ini merupakan bagian dari ekosistem induatri otomotif nasional karena sejumlah komponen kendaraan bermotor seperti ban, mesin, kaca, baja sebagian besar sudah dibuat di Indonesia. Pihaknya berharap tahun ini angka ekspor sudah mencapai 400 ribu kendaraan.
Airlangga juga menyebutkan kendaraan komersial seperti angkutan umum yang menggunakan listrik, membutuhkan sarana pengisian baterei. Fasilitas tersebut dinilai vital dan diharapkan sebelum 2025 fasilitas pengisian baterei sudah tersedia di beberapa kota.