Rabu 24 Apr 2019 14:24 WIB

Defisit Neraca Perdagangan Indonesia Diprediksi Kian Melebar

Pada kuartal I 2019 defisit neraca perdagangan Indonesia sebesar 190 juta dolar AS

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Neraca Perdagangan Indonesia Defisit. Truk membawa peti kemas dari Pelabuhan New Priok Kalibaru, Jakarta, Ahad (18/2).
Foto: Republika/ Wihdan
Neraca Perdagangan Indonesia Defisit. Truk membawa peti kemas dari Pelabuhan New Priok Kalibaru, Jakarta, Ahad (18/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pemerintah Indonesia menyiapkan tiga strategi untuk menekan pelebaran defisit pada tahun ini. Sebab, proyeksi perlambatan dan ketidakpastian ekonomi global menghambat aktivitas ekspor, sehingga mencederai neraca perdagangan Indonesia.

Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono mengatakan melambatnya kondisi ekonomi global membuat pertumbuhan ekspor Indonesia menjadi terhambat. Sebab, permintaan dari negara-negara tujuan ekspor utama seperti Amerika Serikat dan China akan menurun.

Baca Juga

“Pertama pemerintah akan mengendalikan impir, kedua pemerintah akan mendorong ekspor dan strategi terakhir mendorong investasi,” ujarnya saat acara ‘Economic & Investment After 2019 Election: What’s Next?’ di Ritz Carlton Pasific Place, Rabu (24/4).

Dia menjelaskan komposisi impor Indonesia sebesar 92-93 persen terdiri dari bahan baku dan bahan modal. Oleh sebab itu, dibutuhkan upaya subtitusi impor dalam negeri.

“Kami perlu menyiapkan subtitusi untuk barang tersebut dari dalam negeri, dengan menyiapkan kebijakan untuk mendorong subtitusi impor,” ucapnya.

Padahal, kata Susiwijono, Indonesia memiliki potensi ekspor yang masih besar. Namun, Indonesia perlu langkah secara agresif dalam menggenjot ekspor karena semua negara tengah berupaya untuk mendorong ekspor.

“Indonesia membutuhkan dorongan ekspor untuk memperbaiki defisit neraca perdagangan sekaligus neraca transaksi berjalan, demi mendorong ekonomi Indonesia,” ungkapnya.

Ke depan, pemerintah terus berupayan mengantisipasi dampak pelemahan ekonomi global. Salah satu hasilnya, pada kuartal I 2019 defisit neraca perdagangan Indonesia hanya sebesar 190 juta dolar AS.

“Namun potensi defisit saat ini bisa lebih besar, sebab terkait dengan global growth (pertumbuhan ekonomi global) dan volume perdagangan,” ucapnya.

Sementara Bank Dunia memproyeksikan ekonomi global akan tumbuh 2,9 persen, turun dari perkiraan sebelumnya yang sebesar 3 persen.

"Tahun lalu CAD mengalami pelebaran, itu sejalan dengan kondisi neraca perdagangan yang defisit 8,8 miliar dolar AS, menjadi yang tertinggi. Ini masih jadi tantangan terberat kita," ungkapnya.

Dana Moneter Internasional (IMF) juga memangkas proyeksi ekonomi global tahun ini menjadi hanya 3,3 persen dari sebelumnya 3,5 persen. Ini merupakan kali kedua, IMF merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global dari perkiraan awal 3,7 persen.

Selain perlambatan pertumbuhan ekonomi global, Indonesia juga mengalami tantangan dari ketidakpastian global lainnya, seperti kebijakan moneter Amerika Serikat (AS), perang dagang antara AS-China, kebijakan keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau British Exit (brexit), dan fluktuasi harga komoditas global.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement