Senin 15 Apr 2019 15:05 WIB

Neraca Dagang Maret Surplus, Darmin: Tren Mulai Positif

Neraca perdagangan Maret tercatat surplus sebesar 540 juta dolar AS.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolanda
Aktivitas ekspor impor
Foto: Republika/Prayogi
Aktivitas ekspor impor

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN -- Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, neraca perdagangan Indonesia sepanjang bulan Maret 2019 tercatat surplus sebesar 540 juta dolar AS. Laju surplus tersebut melanjutkan surplus perdagangan yang dicapai sepanjang Februari sebesar 330 juta dolar AS. 

Meski secara dua bulan berturut-turut mengalami surplus perdagangan. BPS mencatat neraca dagang sepanjang kuartal pertama (Januari-Maret) 2019 tetap mengalami defisit sebesar 190 juta dolar AS. Defisit tersebut terjadi karena defisit perdagangan pada bulan Januari 2019 yang cukup dalam, yakni mencapai 1,06 miliar dolar AS. 

Baca Juga

Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution, mengatakan, kendati akumulasi mencatatkan defisit, tren neraca perdagangan mulai menunjukkan sinyal positif. "Jangan melihat akumulasi, tapi tendensinya. Januari memang defisit, tapi Februari Maret dia sudah bisa surplus," kata Darmin kepada wartawan di Tangerang Selatan, Senin (15/4). 

Menurut Darmin, membaiknya tren perdagangan diharapkan juga bakal diikuti dengan menurunnya defisit transaksi berjalan (CAD). Namun, Darmin enggan menyebut berapa penurunan CAD yang akan dicapai sejalan dengan membaiknya tren neraca perdagangan. 

"Perlu dilihat lagi dari segi neraca jasa dan beberapa aspek mengenai arus modal," katanya. 

Mengutip statistik Neraca Pembayaran Indonesia Bank Indonesia, CAD Indonesia pada kuartal keempat 2018 mencapai 3,57 persen, lebih tinggi daripada kuartal ketiga sebesar 3,28 persen. Namun, secara kumulatif, laju CAD sepanjang 2018 masih 2,98 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB) nasional atau senilai 31,1 miliar dolar AS. 

Defisit transaksi berjalan yang masih dialami Indonesia saat ini terutama masih dipengaruhi oleh impor nonmigas yang lebih tinggi. Khususnya, impor bahan baku dan barang modal. Namun, pemerintah menilai, tingginya impor dari kedua jenis barang tersebut sebagai dampak dari menguatnya geliat industri dalam negeri untuk memproduksi produk. 

"Saya tidak berani bilang CAD kuartal pertama 2019 ini akan seperti apa, tapi harapannya membaik," kata Darmin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement