Sabtu 13 Apr 2019 21:32 WIB

Kadin: Indonesia Butuh Manufaktur Berbasis Ekspor

Pembangunan manufaktur harus dilanjutkan dengan memperbesar investasi listrik dan gas

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolanda
Pelepasan Ekspor Manufaktur. Kapal kontainer ukuran raksasa CMA CGM mengisi muatan di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (15/5).
Foto: Republika/ Wihdan
Pelepasan Ekspor Manufaktur. Kapal kontainer ukuran raksasa CMA CGM mengisi muatan di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (15/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Konstruksi dan Infrastruktur, Erwin Aksa, menyebut Indonesia membutuhkan manufaktur berbasis ekspor sehingga impor pun bisa dikurangi. Saat ini, menurutnya, nilai ekspor Indonesia jauh lebih rendah dibandingkan Vietnam. 

Tidak hanya nilai ekspor, realisasi investasi pun juga tercatat di bawah Vietnam. "Investasi cuma 30 miliar dolar AS, jadi kalau kita bandingkan dengan Vietnam 38 miliar dolar AS dan ekspor mereka sekitar 200 miliar dolar AS, dimana GDP mereka 200 miliar dolar AS," kata Erwin, Sabtu (13/4).

Baca Juga

Erwin menambahkan, pembangunan manufaktur pun harus dilanjutkan dengan memperbesar investasi di sektor utilitas listrik dan gas serta properti. Dengan menggenjot investasi di sektor ini, Erwin optimistis, jumlah Pedagang Efek (PE) pun bisa naik setidaknya satu persen. 

Selain itu, pertumbuhan ekonomi akan lebih baik dengan pembangunan industri. Sejauh ini, Erwin mengakui, kondisi ekonomi Indonesia sudah cukup membaik. Namun, angka penurunan lapangan kerja juga mengalami penurunan. 

Banyak perusahaan besar ternyata mengurangi jumlah karyawannya. Sehingga, sektor formal pun kehilangan kesempatan kerja. Menurut Erwin, Indonesia membutuhkan pekerja-pekerja di sektor formal. Sehingga, mereka bisa meningkatkan daya beli dan konsumsi lebih baik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement