Kamis 11 Apr 2019 12:44 WIB

OPEC: Venezuela Laporkan Kejatuhan Minyak Negara

Venezuela memproduksi minyak 960 ribu barel per hari pada Maret.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Friska Yolanda
Matahari tenggelam di belakang kilang minyak di dekat El Tigre, sebuah kota di sabuk minyak Hugo Chavez Venezuela. Ekspor minyak Venezuela ke AS telah menurun secara stabil selama bertahun-tahun, turun secara tajam selama dekade terakhir karena produksinya anjlok di tengah krisis ekonomi dan politik yang panjang.
Foto: AP
Matahari tenggelam di belakang kilang minyak di dekat El Tigre, sebuah kota di sabuk minyak Hugo Chavez Venezuela. Ekspor minyak Venezuela ke AS telah menurun secara stabil selama bertahun-tahun, turun secara tajam selama dekade terakhir karena produksinya anjlok di tengah krisis ekonomi dan politik yang panjang.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Venezuela melaporkan kepada Organization of the Petroleum Exporting Countries atau OPEC bahwa produksi minyak negaranya merosot ke level terendah baru untuk jangka panjang pada bulan lalu. Penurunan tajam produksi minyak ini menyusul sanksi dan pengehentian produksi minyak dari Amerika serikat (AS) ke Venezuela. Hal ini dinilai semakin memperdalam dampak pembatasan produksi minyak global, dan semakin memperketat pasokan.

Pemotongan pasokan oleh OPEC dan mitra yang dipimpin Rusia, ditambah pula pengurangan paksa di Venezuela dan Iran, telah mendorong 32 persen reli kenaikan harga minyak pada tahun ini. Dalam sebuah laporan bulanan yang dirilis Rabu (10/4) waktu setempat, OPEC mengatakan Venezuela memproduksi minyak 960 ribu barel per hari (bph) pada Maret. Jumlah ini mengalami penurunan hampir 500 ribu bph dari bulan sebelumnya. 

Baca Juga

Angka-angka tersebut, dapat menambah perdebatan produsen OPEC+ tentang apakah akan mempertahankan pengurangan pasokan minyak setelah Juni atau tidak. Seorang pejabat Rusia mengindikasikan pekan ini, Moskow ingin memperoleh lebih banyak pasokan minyak, meskipun OPEC mengatakan pembatasan harus tetap dilakukan.

OPEC, Rusia, dan produsen non-anggota lainnya diketahui sudah sepakat mengurangi produksi sebesar 1,2 juta bph dari 1 Januari 2019 selama enam bulan. Para produsen akan melakukan pertemuan pada 25-26 Juni untuk memutuskan apakah akan memperpanjang perjanjian tersebut atau melakukan langkah lain.

Salah satu pejabat penting Rusia yang membina pakta untuk OPEC, Kirill Dmitriev memberikan isyarat bahwa negaranya ingin meningkatkan produksi ketika pertemuan OPEC Juni mendatang. Sebab, Rusia ingin memperbaiki kondisi pasar dan memperbaiki jatuhnya stok.

Sementara OPEC+ kembali ke pengurangan pasokan pada 2019 yang disebabkan kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi yang melambat, sedangkan permintaan tinggi, sehingga akan menyebabkan kelebihan pasokan baru. Laporan OPEC mengatakan, latar belakang ekonomi melemah dan menurunkan perkiraan pertumbuhan permintaan global sebesar 30 ribu barel per hari menjadi 1,21 juta barel per hari.

"Data yang baru tersedia telah mengkonfirmasi tren penurunan yang baru-baru ini diamati dalam kegiatan ekonomi global," kata laporan itu.

Dalam perkembangan yang akan meredakan kekhawatiran OPEC tentang kelebihan baru, laporan itu juga mengatakan persediaan di negara maju turun pada Februari, setelah naik pada Januari. Stok di Februari melebihi rata-rata lima tahun, yang dinilai menjadi tolok ukur pengawasan ketat OPEC, yakni sebesar 7,5 juta barel, lebih rendah dari Januari.

Laporan juga menunjukkan, bahwa jika OPEC terus memperoleh pasokan pada tingkat Maret, hal itu akan sedikit menurunkan pasar dunia pada tahun 2019, bahkan dengan prospek permintaan yang lebih rendah.

Keruntuhan ekonomi Venezuela telah berimbas besar pada industri minyaknya. Angka produksi minya Venezuela semakin mendekati angka di luar perkiraan.

Perolehan di Venezuela, yang pernah menjadi tiga besar produsen OPEC, menurun selama bertahun-tahun yang dipicu oleh keruntuhan ekonominya. Pada Maret, pasokan pun turun drastis karena sanksi AS terhadap perusahaan minyak negara PDVSA yang bertujuan menggulingkan Presiden Nicolas Maduro.

Venezuela, bersama Iran, dan Libya sempat dibebaskan dari pembatasan secara sukarela berdasarkan kesepakatan OPEC+ bahwa pengeluaran mereka dikhawatirkan akan jatuh. Pemangkasan tersebut mencakup 800 ribu bph dari kebanyakan kasus tingkat Oktober 2018 lalu.

Menurut angka sumber sekunder, secara keseluruhan, output OPEC turun 534 ribu barel per hari menjadi 30.022 juta barel per hari. Angka ini dipimpin bukan oleh Venezuela saja, tetapi juga oleh Arab Saudi, yang telah secara sukarela mengurangi pasokan lebih dari yang disepakati untuk mendukung pasar.

Akibatnya, ke-11 anggota OPEC yang diperlukan untuk memangkas produksi mencapai kepatuhan 155 persen pada Maret dengan pembatasan yang dijanjikan. Sementara, OPEC memperkirakan bahwa pihaknya perlu menyediakan rata-rata 30,30 juta barel per hari pada tahun 2019 untuk menyeimbangkan pasar, atau setara angka yang diturunkan sebesar 160 ribu barel per bulan pada bulan-bulan sebagian karena melemahnya permintaan.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement