Kamis 11 Apr 2019 11:13 WIB

Ekspor Gerabah dan Keramik Tembus 25 Juta Dolar AS

Negara tujuan ekspor gerabah di antaranya Amerika Serikat, Prancis dan Belanda.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Friska Yolanda
GERABAH. Perajin menyelesaikan pembuatan tungku tanah di sentra kerajinan gerabah Desa Kundisari, Kedu, Temanggung, Jawa Tengah, Rabu (20/3). Berdasarkan catatan Kementerian Perindustrian (Kemenperin), ekspor gerabah dan keramik hias mencapai 25,4 juta dolar AS pada 2018
Foto: ANTARA FOTO/Anis Efizudin
GERABAH. Perajin menyelesaikan pembuatan tungku tanah di sentra kerajinan gerabah Desa Kundisari, Kedu, Temanggung, Jawa Tengah, Rabu (20/3). Berdasarkan catatan Kementerian Perindustrian (Kemenperin), ekspor gerabah dan keramik hias mencapai 25,4 juta dolar AS pada 2018

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdasarkan catatan Kementerian Perindustrian (Kemenperin), ekspor gerabah dan keramik hias mencapai 25,4 juta dolar AS pada 2018 atau meningkat dibanding tahun sebelumnya yang menembus 25,2 juta dolar AS. Untuk itu, Kemenperin fokus memacu pengembangan industri kecil dan menengah (IKM) gerabah dan keramik hias. 

Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin Gati Wibawaningsih menyatakan, sektor industri gerabah dan keramik hias memiliki potensi dan peluang besar untuk berdaya saing di kancah nasional hingga global. Gati menambahkan, produk gerabah dan keramik hias Indonesia telah mampu berkompetisi di tingkat internasional. 

Baca Juga

“Pemerintah akan terus dorong industri ini agar memenuhi kebutuhan pasar domestik maupun ekspor,” kata Gati dalam keterangan pers yang diterima Republika.co.id, Kamis (11/4). 

Beberapa negara tujuan utama ekspor tersebut, antara lain ke Amerika Serikat, Prancis, Jerman, Belanda dan Britania Raya. Kami yakin, IKM gerabah dan keramik hias di Indonesia masih memiliki peluang untuk meraih pasar yang lebih besar di dunia internasional. Apalagi, adanya kerja sama ekonomi komprehensif yang sudah ditandatangani seperti dengan Australia dan EFTA, imbuhnya.

Gati menjelaskan, salah satu kekuatan Indonesia dalam upaya menumbuhkan IKM gerabah dan keramik hias karena ditopang oleh ketersediaan bahan baku yang cukup dan melimpah. Bahan baku yang dimaksud meliputi tanah liat, feldspar, pasir silika, dolomit, limestone, batu granit, dan sumber daya alam lainnya. Selain itu, keunggulan lainnya yang dimiliki Indonesia adalah memiliki beragam desain yang menarik. Apalagi, menurut Gati, industri kerajinan keramik hias atau gerabah di Indonesia merupakan sektor yang lekat dengan budaya, sehingga memiliki tempat di hati masyarakat. 

Guna menghasilkan produk yang berkualitas, pihaknya menilai industri keramik dan gerabah perlu ditunjang dengan desain yang baik dan menarik. Hal tersebut tentunya harus didukung dengan adanya sumber daya manusia (SDM) yang berkompetensi.  Oleh karena itu, kata Gati, adanya pelaksanaan pelatihan dan bimbingan teknis yang kerap dilakukan Kemenperin diharapkan memberikan motivasi baru bagi pengusaha IKM gerabah dan keramik hias.

Menurutnya, pemerintah berkomitmen untuk senantiasa mendukung pengembangan sektor IKM gerabah dan keramik hias di Indonesia agar berdaya saing global, tegasnya. Selain menciptakan SDM kompeten, Kemenperin juga mengupayakan adanya ketersediaan gas industri dengan harga yang kompetitif dan mendorong tumbuhnya inovasi.

Oleh karena itu pihaknya optimistis, kegiatan usaha IKM gerabah dan keramik hias di Indonesia dapat terus tumbuh dan berkembang. Kemenperin mencatat, jumlah IKM gerabah dan keramik hias lebih dari 5.200 unit usaha yang telah menyerap tenaga kerja hingga 21.470 orang. Adapun sentra IKM gerabah dan keramik hias yang ada di Indonesia tersebar di sejumlah wilayah antara lain Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan. 

Pada kesempatan berbeda, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menegaskan, pemerintah berharap kepada para industri keramik dalam negeri agar terus berkontribusi sebagai salah satu motor penggerak akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional. 

“Jadi, selain dapat memenuhi kebutuhan pasar domestik, kami juga mendorong agar mereka bisa memperluas pasar ekspor terutama di tingkat regional,” kata Airlangga. 

Dia optimistis, Indonesia berpotensi mampu menduduki peringkat ke-4 dunia sebagai produsen keramik. Saat ini, kapasitas terpasang keramik nasional sebesar 560 juta meter persegi. Untuk itu, setelah pemerintah memberikan keberpihakan kepada industri dalam negeri, utilitas produksi dapat terus ditingkatkan. 

Di samping itu, pemerintah sedang menggalakkan implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0. Salah satu aspirasinya adalah mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional hingga 1-2 persen. Di era digitalisasi saat ini, kata Airlangga, beberapa industri keramik nasional sudah menerapkan teknologi terbaru, seperti digital printing dan digital glazing yang mampu memproduksi keramik dengan ukuran besar.

Pihaknya juga mendorong industri untuk melakukan diversifikasi produk dengan memproduksi jenis ubin terkini seperti ubin 3D (tiga dimensi), porcelain slab, dan ubin vitrifikasi, serta inovasi desain ubin keramik yang mengikuti tren terkini yang memiliki ciri khas dan original. 

“Untuk itu, perlu didorong pemanfaatan teknologi 3D printing, otomatisasi, artificial intelligence dan big data,” kata dia. 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement