Kamis 11 Apr 2019 08:24 WIB

Mentan Imbau Penyuluh Pertanian untuk Kreatif

Kemajuan dan capaian pemerintah selama ini adalah hasil kerja keras semua pihak.

Red: EH Ismail
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman (kedua kanan) didampingi Gubernur Sulawesi Selatan, Nurdin Abdullah (kedua kiri) melihat hasil pertanian Sulsel saat acara Gebyar Ekspor Komoditas Pertanian Sulsel di Kawasan Industri Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (13/3/2019).
Foto: ANTARA FOTO
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman (kedua kanan) didampingi Gubernur Sulawesi Selatan, Nurdin Abdullah (kedua kiri) melihat hasil pertanian Sulsel saat acara Gebyar Ekspor Komoditas Pertanian Sulsel di Kawasan Industri Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (13/3/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR — Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan penyuluh pertanian telah memajukan sektor pertanian. Mereka berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi dan penurunan angka kemiskinan.

“Ini merupakan salah satu bagian dari capaian kinerja selama pemerintahan Jokowi-JK,” ujarnya di Makassar pada Kamis (11/4).

Kemajuan dan capaian pemerintah selama ini adalah hasil kerja keras semua pihak. “Aku pertaruhkan segalanya demi pangan nusantara,” tegas Amran. 

Mentan menyampaikan mimpi besar pertanian ke depan. Lahan pertanian sekarang 7,1 juta hektare. Masih ada 10 juta hektare lagi yang harus digarap. Artinya bisa produksi 3 kali lipat dari sebelumnya.

Amran meyakini, Indonesia bisa menghidupi 1 miliar penduduknya dari 260 juta penduduk saat ini. Hari ini sampai tahun 2045 nanti, Indonesia menjadi lumbung pangan dunia. “Sudah disiapkan grand disainnya”, lanjut Amran.

Sudah tiga tahun ini pihaknya melakukan transformasi dari pertanian tradisional menuju modern, yaitu menjadi petani milenial. Banyak lompatan yang sudah dilakukan. Mimpi kedepan adalah bertani dari rumah. Mulai olah tanah, panen dan bila perlu  traktor dibawa pulang ke rumah. 

“Petani di rumah,  traktor bisa jalan sendiri. Sudah ada ekskavator (mesin pengeruk), combine harvester (alat perontok padi). Nanti bisa bertani di Papua, tapi diremote dari Makassar”, terang Mentan yang disambut riuh tepuk tangan penyuluh.

Itulah petani milenial, petani zaman now. Untuk bisa bersaing dengan negara lain harus menggunakan teknologi pertanian dari hulu ke hilir. 

“Para PPL sampaikan teknologi ini ke seluruh Indonesia, kepada 132 juta petani. Dulu panen dikerjakan satu orang per hektare selama 25 hari. Sekarang kita panen hanya 3 jam. Ini hasil kerja sama Kementan dengan Perguruan Tinggi”, ucapnya. 

Hasil penggunaan alat mekanisasi pertanian bisa menurunkan biaya produksi 40-50%, artinya planted indexnya naik, yang dulu tanam satu kali bisa menjadi tiga kali, artinya pendapatan petani naik 2- 3 kali lipat. 

Kemudian ada sapi berbobot raksasa yang dinamai Gatot Kaca, salah satu sapi jenis unggul di dunia yang bobotnya bisa mencapai 1,5 ton dalam waktu dua tahun. 

Sapi Belgian Blue merupakan hasil pengembangan teknologi TE (transfer embrio) sebagai upaya pemerintah dalam meningkatkan produksi daging sapi di Indonesia melalui peningkatan mutu genetik ternak. 

“Apa maksudnya ? Kalian harus visoner, jangan berpikir terstruktur. Harus Thinking Out of The Box, berpikir yang tidak dipikirkan orang lain,” pesan Amran dengan penuh semangat. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement