Rabu 10 Apr 2019 03:15 WIB

Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I Didorong Konsumsi dalam Negeri

Faktor ekonomi global turut memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

Rep: Adinda Pryanka / Red: Friska Yolanda
Aktivitas ekspor impor
Foto: Republika/Prayogi
Aktivitas ekspor impor

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat di atas lima persen pada kuartal pertama tahun ini. Menurut Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Adrianto, konsumsi rumah tangga akan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi hingga di akhir tahun. 

Adrianto menuturkan, salah satu faktor yang akan membantu pertumbuhan konsumsi rumah tangga adalah bantuan sosial dan inflasi bahan pangan. Oleh karena itu, pemerintah akan membantu mempercepat bantuan sosial sembari menjaga inflasi untuk menjaga konsumsi masyarakat tetap stabil. "Di sisi lain, kegiatan partai politik selama kuartal pertama punya dampak penting ke tingkat konsumsi domestik," ujarnya ketika dihubungi Republika.co.id, Selasa (9/4). 

Baca Juga

Sementara itu, Adrianto menambahkan, faktor ekonomi global turut memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Gencatan senjata yang sudah diperlihatkan oleh Amerika Serikat dan Cina akan membantu kinerja perdagangan Indonesia. Bahkan, menurut Adrianto, kondisi tersebut mampu memperbaiki neraca dagang pada kuartal pertama ini. 

Tapi, Adrianto menekankan, Indonesia akan terus melakukan antisipasi terkait dampak perang dagang. Di antaranya dengan memperluas pasar dan diversifikasi komoditas ekspor. Kebijakan mendorong investasi juga akan terus dilakukan dengan mengeluarkan berbagai kebijakan yang memudahkan aliran modal masuk ke Indonesia. "Pada akhirnya, investasi ini diharapkan mampu menciptakan lapangan kerja," katanya. 

Secara garis besar, Adrianto memperkirakan, Indonesia dapat melalui tahun ini dengan kondisi ekonomi yang baik. Target pertumbuhan ekonomi 5,3 persen pun dinilainya masih realistis dengan disokong konsumsi masyarakat dan investasi. Terlebih, jumlah penduduk miskin mengalami penurunan dan tingkat ketimpangan (gini ratio) mengecil. 

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama berkisar antara 5,1 sampai 5,2 persen. Senada dengan Adrianto, Faisal menilai bahwa konsumsi domestik yang stabil memberikan pengaruh signifikan. 

Komposisi penggunaan pendapatan rumah tangga memperlihatkan, indeks penjualan riil menunjukkan pertumbuhan positif atau mengalami kenaikan sejak pada 2018. Pada kuartal pertama 2018, pertumbuhannya mencapai 0,7 persen dibanding dengan periode yang sama pada tahun lalunya. Angka tersebut naik signifikan menjadi 4,9 persen pada kuartal kedua 2018 dan 4,6 persen pada kuartal ketiga 2018. Di kuartal terakhir 2018, angkanya kembali naik jadi 4,7 persen. 

Faisal memproyeksikan, pertumbuhan indeks penjualan riil pada kuartal pertama ini dapat tumbuh hingga 7,3 persen. Ini seiring dengan besarnya persentase alokasi pendapatan masyarakat terhadap konsumsi yang mencapai 67 persen. "Di sisi lain, komposisi untuk tabungan dan cicilan pinjaman menurun yang berarti, peluang masyarakat untuk konsumsi masih cukup stabil," katanya. 

Sementara itu, Direktur Rise CORE Indonesia Piter Abdullah menilai, investasi pada tahun ini kemungkinan akan mengalami perlambatan. Tapi. hal ini cenderung normal apabila melihat kondisi tahun politik sebelumnya. Pada 2014, pertumbuhan investasi secara year on year hanya 4,4 persen, sementara tahun 2009 hanya 3,3 persen. 

Selain tahun politik, Piter menambahkan, penanaman modal asing (PMA) turut memberikan kontribusi. Pada tahun lalu, aliran modal asing mengalami perlambatan dan bahkan negatif yang diprediksi akan berlanjut di tahun ini. Penyebabnya, pemerintah belum dapat mengatasi berbagai persoalan yang menghambat investasi. "Mulai dari perizinan, pembebasan lahan sampai inkonsistensi kebijakan," katanya. 

Tapi, Pieter menilai, investasi dalam negeri kemungkinan akan mengalami pertumbuhan. Hal ini seiring dengan kebijakan Bank Indonesia yang lebih longgar melalui operasi moneter. Dampaknya, penyaluran kredit akan lebih besar yang dapat menuju pada pertumbuhan investasi. Terlebih, proyeksi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih berada di kisaran Rp 14.100 sampai Rp 14.300 per dolar AS, atau menguat dibanding dengan tahun lalu. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement