REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Didapuknya Gojek sebagai salah satu usaha yang mempunyai valuasi aset di atas 10 miliar dolar AS merupakan sebuah sinyal baik untuk iklim investasi. Hanya saja, Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Triawan Munaf menilai para pengusaha startup termasuk Gojek perlu juga waspada atas aspek keberlangsungan usaha.
Triawan menilai para investor berminat untuk memberikan suntikan modal karena percaya usaha rintisan ini mempunyai masa depan yang baik. Hanya saja, usaha startup erat kaitanya dengan inovasi. Artinya, inovasi ini harus terus dilakukan agar bisnis terus berlangsung dan menghasilkan profit.
"Karena yang paling penting dari sebuah usaha adalah tumbuh terus, terawat, terus menguntungkan, memberikan banyak pekerjaan ke orang banyak," ujar Triawan kepada Republika.co.id, Jumat (5/4).
Triawan menambahkan, start-up lainnya juga mempunyai potensi sama untuk menorehkan prestasi seperti Gojek. Hanya saja, yang terpenting adalah bagaimana usaha ini terus berkembang bukan menjadi besar sesaat saja.
"Sebenarnya tidak semua harus jadi unicorn atau decacorn, jangan sampai juga, nanti mereka besar tapi tiba-tiba drop karena gak untung," ujar Triawan.
Dengan suntikan permodalan yang besar seperti saat ini, perusahaan rintisan juga didukung oleh pendapatan dan profit yang juga menarik dan kian membesar. Jangan sampai usaha startup hanya terus mengandalkan suntikan modal tanpa menghasilkan keuntungan.
"Ini kan bisnis yang belum banyak profitnya. Jangan sampai usaha yang ada hanya mengandalkan investor baru saja terus, tetapi harus bisa menghasilkan profit dan keberlangsungan usaha," ujar Triawan.
Gojek mendapatkan label sebagai perusahaan decacorn baru di Indonesia setelah beberapa investor menyuntikan dana ke perusahaan aplikasi transportasi tersebut. Peringkat decacorn tersebut mengartikan bahwa Gojek memiliki nilai valuasi aset lebih dari 10 miliar dolar AS.