Kamis 04 Apr 2019 14:55 WIB

Panen Perdana, Harga Gabah di Indramayu Cuma Rp 3.800

Harga gabah belum relevan dan tidak sesuai instruksi Presiden Jokowi.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Friska Yolanda
Petani di Desa Panyindangan Kulon, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu sedang menimbang gabah yang baru mereka panen, Kamis (28/3). Bulog Indramayu siap lakukan penyerapan maksimal untuk antisipasi anjloknya harga gabah.
Foto: Republika/Lilis Sri Handayani
Petani di Desa Panyindangan Kulon, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu sedang menimbang gabah yang baru mereka panen, Kamis (28/3). Bulog Indramayu siap lakukan penyerapan maksimal untuk antisipasi anjloknya harga gabah.

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menghadiri prosesi panen perdana gabah di Desa Tambi, Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu, Kamis (4/4). Dia meminta kepada seluruh elemen untuk dapat menyerap gabah petani dan membelinya tidak di bawah harga Rp 4.070 per kilogram. Diketahui, harga gabah di wilayah tersebut berkisar Rp 3.800 per kilogram. 

Berdasarkan keterangan Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu, harga tersebut bertahan sejak Januari hingga April tahun ini. Menurut Amran, harga tersebut belum relevan dan tidak sesuai sebagaimana instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2015 mengenai harga pembelian pemerintah (HPP). 

Baca Juga

“Ini sudah instruksi Presiden (Joko Widodo), kalau ada yang beli di bawah harga Rp 4.070 per kilogram tolong adukan ke saya di Jakarta,” kata Amran di Kabupaten Indramayu, Kamis (4/4). 

Terkait dengan ongkos produksi gabah yang dinilai sejumlah kalangan lebih tinggi dibanding HPP yang ditentukan pemerintah, Amran menilai harga pembelian gabah sebesar Rp 4.070 sudah mengimbangi biaya produksi. Menurutnya, petani sudah mendapatkan untung asal harga jual gabah tidak sampai di bawah harga acuan tersebut. 

Dengan hasil panen perdana sebesar 45 persen di kabupaten tersebut, Amran meminta kepada Badan Usaha Logistik (Bulog) untuk dapat menyerap keseluruhan hasil panen. Terkait dengan kuota penyerapan Bulog sebesar 20 persen terhadap hasil panen gabah di wilayah itu, pihaknya mengklaim tidak ada kuota yang ditentukan. 

“Kami sudah perintahkan Bulog untuk membeli langsung ke lapangan, beli gabah giling panen, nggak ada batasan,” katanya. 

Dia menjelaskan, saat ini Kementan sudah mulai berkoordinasi dengan Bulog dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk segera menyerap hasil panen. Alasannya, masa-masa tersebut merupakan waktu kritis panen bagi petani padi sebab sudah memasuki panen puncak. Untuk itu pihaknya meminta kepada seluruh pihak untuk tidak merugikan petani dalam hal pembelian hasil panen. 

Berbeda dengan hal itu, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu Takmid mengeluhkan minimnya kuota serapan hasil panen oleh Bulog di wilayahnya. Dari total produksi mencapai 1,5 juta hingga 1,7 juta ton gabah pada panen, Bulog hanya mampu menyerap sebesar 20 persen gabah petani. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement