Rabu 03 Apr 2019 07:21 WIB

Ekspansi, Pelindo III Layani Terminal Industri Migas

Pelindo III telah mengoperasikan terminal LNG terapung di Pelabuhan Benoa, Bali

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Nidia Zuraya
terminal LNG (ilustrasi)
Foto: seashipnews.com
terminal LNG (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- BUMN Pelindo III semakin serius memperbesar ekspansinya di bisnis layanan terminal pendukung industri minyak dan gas (migas). Setelah mengoperasikan terminal LNG terapung di Pelabuhan Benoa Bali, Pelindo III juga melakukan sinergi dengan Perusahaan Gas Negara, untuk memulai pembangunan terminal LNG di Terminal Teluk Lamong, Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya.

“Infrastruktur pelabuhan sangat penting untuk disinergikan untuk melayani kebutuhan logistik energi nasional. Karena pelabuhan merupakan pintu masuk yang dapat berkontribusi untuk menekan cost recovery dari industri migas di Indonesia,” kata Direktur Transformasi dan Pengembangan Bisnis Pelindo III Toto Nugroho dalam siaran persnya, Rabu (3/4).

Baca Juga

Toto menambahkan, kerja sama pengembangan fasilitas pelabuhan untuk mendukung operasional di hulu industri migas potensinya sangat besar. Karena, banyak lahan konsesi Pelindo III yang berada di waterfront atau berbatasan langsung dengan laut.

Pelindo III bahkan diakuinya sudah menyiapkan lini usaha khusus, yaitu Pelindo Energi Logistik (PEL), yang akan fokus mengembangkan integrated services shorebase terminal. Yaitu terminal pelabuhan dengan sejumlah layanan yang siap mendukung logistik pelaku industri migas.

"Terminal Gresik di Jawa Timur sudah siap dengan dedicated area untuk memberikan layanan terintegrasi dari kegiatan di laut, seperti kapal sandar, hingga kegiatan di darat, untuk lokasi penyimpanan misalnya,” ujar mantan Direktur Pertagas tersebut.

Melalui konsep integrated services shorebase terminal tersebut, layanan PEL akan di-back up oleh lini usaha Pelindo III Group lainnya. Mulai dari layanan armada kapal offshore, transportasi truk, mooring-unmooring (penambatan), loading-unloading (bongkar muat), penyediaan alat berat, perawatan, dan suku cadang peralatan.

Termasuk juga penyediaan tenaga kerja professional operasional, pengamanan, kebersihan, dan transportasi. Bahkan, lanjut Toto, hingga jasa klinik kesehatan dan catering untuk pekerja di lokasi khusus.

"Dengan lengkapnya layanan dalam satu kawasan yang terdedikasi untuk kegiatan industri migas yang menuntut standar keselamatan yang tinggi, maka potensi efisiensi yang dicapai cukup besar," kata Toto.

Kepala Divisi Penunjang Operasi dan Keselamatan Migas, SKK Migas, Bagus Edvantoro membenarkan pernyataan Toto. Menurutnya, penurunan cost recovery merupakan isu penting.

Dia berpendapat, ada beberapa faktor yang mempengaruhi seperti kehandalan operasional, personel yang professional, kualitas layanan, keselamatan, dan kesehatan kerja (K3/HSSE).

“Kemudian juga faktor ketepatan waktu penyediaan jasa dan harga yang kompetitif. Integrasi faktor-faktor tadi dibutuhkan untuk mencapai penurunan cost recovery dalam industri migas,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement