Selasa 02 Apr 2019 17:47 WIB

Rawat Komponen Airbus, Pengamat: Bisa Hasilkan Devisa

Di dalam negeri, Airbus banyak dipakai Garuda, Citilink dan Air Asia.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Friska Yolanda
Direktur Bisnis dan Operasi GMF Tazar Marta Kurniawan, serta Vive President Customer Services Airbus Asia Pacific Bruno Bousquet saat menandatangani kerjasama di kantor GMF, kompleks Bandara Innternasional Soekarno-Hatta, Jakarta, Selasa (2/4).
Foto: Republika/Imas Damayanti
Direktur Bisnis dan Operasi GMF Tazar Marta Kurniawan, serta Vive President Customer Services Airbus Asia Pacific Bruno Bousquet saat menandatangani kerjasama di kantor GMF, kompleks Bandara Innternasional Soekarno-Hatta, Jakarta, Selasa (2/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Penerbangan Arista Admajati menilai, penekenan kerjavsama PT Garuda Maintenance Facility (GMF) AerovAsia dengan Airbus dapat meningkatan penghasilan devisa bagi Indonesia. Alasannya, terdapat sejumlah perusahaan maskapai di wilayah Asia yang menggunakan pesawat produksi pabrikan asal Jerman tersebut. 

“Negara tetangga, katakanlah Asia Tenggara, ada Vietnam dan Myanmar yang cukup banyak menggunakan Airbus,” kata Aris saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (2/4).

Baca Juga

Dia menjelaskan, jika negara-negara tersebut bisa dijangkau oleh GMF dalam hal perawatan dan perbaikan komponen pesawat, maka bukan tidak mungkin hal itu akan meningkatkan pendapatan devisa bagi Indonesia. Di dalam negeri sendiri, kata dia, pesawat produksi Airbus paling banyak digunakan oleh Garuda Indonesia, Citilink Indonesia, dan Air Asia Indonesia. 

Mengacu catatan Planespotters, pada 2018, seluruh pesawat Air Asia Indonesia menggunakan Airbus A320-200 sementara untuk Air Asia X menggunakan Airbus jenis A320-200 dan A330-300. Sedangkan maskapai Citilink menggunakan Airbus sebanyak 50 unit dengan klasifikasi jenis A320-200 sebanyak 45 unit dan Airbus A320 NEO sebanyak lima unit. Sementara untuk Garuda Indonesia, penggunaan pesawat jenis Airbus masih kurang dominan dibandingkan dengan produk buatan Boeing dari 142 unit pesawat yang dimiliki Garuda Indonesia. 

Dengan adanya kerjasama tersebut, dia menilai transfer pengetahuan pasti akan didapatkan Indonesia melalui GMF. Menurutnya, kerjasama tersebut secara teknis dan prospek bisnis cukup menguntungkan Indonesia. 

“Nanti kan Airbus akan mengirim orang mereka ke GMF untuk mensupervisi juga,” katanya. 

Dia menilai, transfer teknologi dan pengetahuan di bidang penerbangan diperlukan bagi Indonesia yang notabene sebagai negara berkembang. Di samping itu, penekenan kerjasama tersebut juga dapat dimanfaatkan sebagai peluang bisnis sekaligus menunjukkan kemampuan GMF kepada kalangan penerbangan internasional. 

Sebelumnya diketahui, PT GMF AeroAsia menggandeng Airbus untuk melakukan kerjasama di bidang perawatan komponen pesawat. Adapun komponen yang akan ditangani GMF terdiri dari 11 komponen dan akan menyasar pasar Asia Pasifik. Kendati demikian dalam penekenan kerjasama yang dilakukan pada Selasa (2/4), pihak GMF menyatakan tak menutup pasar lainnya untuk dapat melakukan perawatan komponen di GMF. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement