Jumat 29 Mar 2019 18:26 WIB

Adira Finance Targetkan Pembiayaan Syariah Tumbuh 10 Persen

Adira Finance menambah cabang penjualan dengan skema syariah

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Nidia Zuraya
Adira Finance, salah satu perusahaan pembiayaan di dalam negeri.
Adira Finance, salah satu perusahaan pembiayaan di dalam negeri.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan multifinance, Adira Finance menargetkan pertumbuhan pembiayaan syariah 5-10 persen. Per 2018, portofolio pembiayaan melalui syariah berkisar lima persen dari total pembiayaan yakni Rp 1,76 triliun.

Direktur Utama Adira Finance, Hafid Hadeli menyampaikan jumlah tersebut masih minus dibanding tahun sebelumnya. Namun data year to date menunjukkan tren positif. Ia mengatakan per Februari 2019, pembiayaan syariah tercatat Rp 267 miliar.

Baca Juga

"Itu kita tumbuh dua kali lipat secara year on year, tumbuh 116 persen," kata dia dalam Media Update setelah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) di Kuningan, Jakarta, Jumat (29/3).

Direktur Keuangan Adira Finance, I Dewa Made Susila, menyampaikan penurunan terjadi karena pembiayaan syariah belum memiliki keunggulan yang kompetitif. Meski tren pricing syariah terpantau terus membaik.

"Saya tekankan secara ekonomi, pricing-nya syariah sudah sama dengan konvensional," katanya dalam kesempatan yang sama.

Peningkatan di awal tahun terjadi karena strategi penjualan melalui pembiayaan syariah lebih digencarkan untuk normalisasi. Tahun ini, porsi pembiayaan syariah diharapkan bisa meningkat dari lima persen untuk penopang pertumbuhan bisnis.

Salah satu strateginya adalah dengan menambah cabang penjualan dengan skema syariah dari 25 cabang menjadi 40 cabang. Made melihat pasar syariah sangat besar potensinya dan terus berkembang.

Komitmen pertumbuhan juga diterjemahkan dalam penerbitan sukuk secara rutin setiap tahun. Made mengklaim, Adira merupakan satu-satunya multifinance yang menerbitkan sukuk.

Adira tawarkan sukuk mudharabah berkelanjutan III tahap II tahun 2019 senilai Rp 214 miliar. Tahun ini Adira akan kembali menerbitkan sukuk meski jumlah dan waktunya akan bergantung pada kondisi pasar. 

Selain sukuk, pendanaan syariah berasal dari pembiayaan perbankan. Made menilai pembiayaan syariah perlu mendapatkan insentif dari pemerintah untuk bisa bertumbuh signifikan. 

"Potensi pasar sangat besar namun belum terlihat di preferensinya, ini bisa dengan insentif," kata dia.

Adira Finance bukukan total aset Rp 31,5 triliun pada 2018, naik dari Rp 29,5 triliun pada 2017. Portofolio terbesar pembiayaan berasal dari mobil sebanyak Rp 26,7 triliun, diikuti motor sebesar Rp 24,1 triliun dan elektronik Rp 450 miliar.

Sementara jumlah pembiayaan baru yakni Rp 38,2 triliun, naik dari Rp 32,7 triliun. Pembiayaan baru berasal dari segmen sepeda motor yakni Rp 20,5 triliun, diikuti mobil Rp 16,9 triliun, dan elektronik Rp 800 miliar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement